Center for Reproductive Health

adhi.akto

A Latent Class Approach to Understanding Patterns of Emotional and Behavioral Problems among Early Adolescents across Four Low- and Middle-Income Countries

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS

Shoshanna L. Fine, Robert W. Blum, Judith K. Bass, Aimée M. Lulebo, Anggriyani W. Pinandari, William Stones, Siswanto A. Wilopo, Xiayun Zuo and Rashelle J. Musci

A Latent Class Approach to Understanding Patterns of Emotional and Behavioral Problems among Early Adolescents Across Four Low- and Middle-Income Countries

Early adolescents (ages 10–14) living in low- and middle-income countries have heightened vulnerability to psychosocial risks, but available evidence from these settings is limited. This study used data from the Global Early Adolescent Study to characterize prototypical patterns of emotional and behavioral problems among 10,437 early adolescents (51% female) living in the Democratic Republic of Congo (DRC), Malawi, Indonesia, and China, and explore the extent to which these patterns varied by country and sex. LCA was used to identify and classify patterns of emotional and behavioral problems separately by country. Within each country, measurement invariance by sex was evaluated. LCA sup- ported a four-class solution in DRC, Malawi, and Indonesia, and a three-class solution in China. Across countries, early adolescents fell into the following subgroups: Well-Adjusted (40–62%), Emotional Problems (14–29%), Behavioral Problems (15–22%; not present in China), and Maladjusted (4–15%). Despite the consistency of these patterns, there were notable contextual differences. Further, tests of measurement invariance indicated that the prevalence and nature of these classes differed by sex. Findings can be used to support the tailoring of inter- ventions targeting psychosocial adjustment, and suggest that such programs may have utility across diverse cross-national settings.

A Latent Class Approach to Understanding Patterns of Emotional and Behavioral Problems among Early Adolescents across Four Low- and Middle-Income Countries Read More »

A Multi-Country Study of Risk and Protective Factors for Emotional and Behavioral Problems Among Early Adolescent

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS

Shoshanna L. Fine, Ph.D., M.P.H., Rashelle J. Musci, Ph.D., M.S., Judith K. Bass, Ph.D., M.P.H., M.I.A., Effie Chipeta, Ph.D., Eric M. Mafuta, M.D., Ph.D., M.P.H., Anggriyani W. Pinandari, M.P.H., Siswanto A. Wilopo, M.D., Sc.D., M.Sc., Xiayun Zuo, Ph.D., and Robert W. Blum, M.D., Ph.D., M.P.H.

A Multi-Country Study of Risk and Protective Factors for Emotional and Behavioral Problems Among Early Adolescent

Purpose: Early adolescence (ages 10e14) is a critical period for psychosocial development, but few studies have focused on risk and protective factors for emergent psychosocial challenges among youth living in low- and middle-income countries. This study explored the contribution of social environmental factors to patterns of emotional and behavioral problems among early adolescents across four low- and middle-income countries.

Methods: Participants were drawn from the Global Early Adolescent Study, and included 10,437 early adolescents from six low resource urban settings in the Democratic Republic of Congo, Malawi, Indonesia, and China. Multivariate latent class regression was used to examine the asso- ciations between distinct patterns of emotional and behavioral problems and risk and protective factors across the family, peer, school, and neighborhood levels.

Results: Across countries, childhood adversity, peer bullying behaviors, and a perceived lack of school safety were consistently associated with emotional and behavioral problems. With some contextual variability, peer substance use and a perceived lack of neighborhood safety also emerged as significant risk factors. The magnitude of these associations was generally greatest among a subgroup of early adolescents with co-occurring emotional and behavioral problems.

Discussion: The overall consistency of findings across countries is suggestive of the generalizability of risk factors in early adolescence and indicates that interventions bolstering psychosocial adjustment among this age group may have applicability in diverse cross-national settings. Given the significance of peer bullying behaviors and school safety, multicomponent school-based interventions may be an especially applicable approach.

A Multi-Country Study of Risk and Protective Factors for Emotional and Behavioral Problems Among Early Adolescent Read More »

UPDATES ON: I-NAMHS

Diseminasi Hasil I-NAMHS kepada Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementrian Kesehatan Indonesia

Tim peneliti I-NAMHS (Indonesia- National Adolescent Mental Health Survey) UGM yang diwakili Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.SC, Sc.D dan dr. Amirah Wahdi, MSPH pada hari Jumat, 10 Juni 2022 melakukan pelaporan hasil temuan survei mengenai kesehatan mental remaja kepada Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan yang diwakili oleh, Direktur Kesehatan Jiwa, drg. Vensya Sihotang, M.Epid dan, Kasubdit Kesehatan Jiwa, dr. Eduwar Riyadi, Sp.KJ.

Sekitar satu dari empat populasi Indonesia dikelompokkan sebagai remaja dan dewasa muda. Dalam mencapai SDG 3.4 dan 3.5 yaitu mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular dan memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat, maka pemerintah perlu mengambil langkah yang tegas dalam memperbaiki kesehatan mental remaja. Nyatanya, ditemukan adanya kekosongan data mengenai kesehatan mental remaja Indonesia, khususnya remaja muda berusia 10-14 tahun. Tim peneliti berusaha untuk mewujudkan survei nasional yang dapat menggambarkan prevalensi gangguan kejiwaan pada remaja (usia 10-17 tahun) yang representatif secara nasional, menentukan faktor resiko dan pelindung yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan pada remaja, serta menetapkan pola penggunaan layanan pada remaja termasuk pemanfaatan, halangan, serta kebutuhan yang diperlukan.

Pada Oktober 2018, dengan menggandeng Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health sebagai partner utama dan University of Queensland sebagai sponsor, penelitian I-NAMHS dimulai. Tim I-NAMHS UGM bekerja sama dengan Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Hasanudin (Unhas) yang ikut bertanggung jawab mengambil data remaja di bagian Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Meskipun sempat terkendala pandemi Covid-19 pada 2020, I-NAMHS berhasil mewawancarai 5,664 remaja berusia 10-17 tahun dari 188 area enumerasi di seluruh Indonesia.

Berdasarkan survei nasional ini, ditemukan sekitar 5,46% remaja Indonesia berusia 10-17 tahun terdiagnosa dengan gangguan kejiwaan. Kecemasan adalah diagnosis paling umum di antara remaja, diikuti oleh depresi. Di antara remaja dengan gangguan kejiwaan apapun, diagnosis tersebut mempengaruhi interaksi mereka dengan keluarga, sebaya, dan sekolah. Namun, hanya sebagian kecil dari remaja (1,97%) yang menggunakan layanan untuk kebutuhan kesehatan jiwa mereka. Survei ini juga mencari tahu bagaimana dampak Covid-19 pada kesehatan mental remaja. Diketahui bahwa, satu per tiga remaja merasa lebih cemas atau stress, sedih atau lebih depresi, lebih kesepian atau terisolasi, memiliki lebih banyak masalah konsentrasi atau gabungan dari kondisi tersebut akibat pandemic Covid-19.

Peneliti dari I-NAMHS mengharapkan hasil dari survei ini dapat menjadi dasar bagi Kementrian Kesehatan dalam merumuskan kebijakan dan program yang mendukung layanan kesehatan mental yang menyeluruh pada remaja. Khususnya layanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang lebih peka dalam melihat resiko dan gejala gangguan kejiwaan pada remaja, sehingga dapat mencegah kejadian remaja terdiagnosis gangguan kejiwaan. Dukungan yang diberikan juga tidak hanya berfokus pada remaja, tetapi juga pada keluarga dan sekolah. Selanjutnya, pihak Direktorat Kesehatan Jiwa di bawah Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat akan bekerjasama dengan tim I-NAMHS dalam melaksanakan pertemuan dengan pemangku kepentingan, diseminasi hasil survei pada tingkat nasional, kota/kabupaten, dan melaksanakan workshop dengan kementrian dan institusi terkait agar masalah kesehatan mental remaja dapat ditangani secara komprehensif.

UPDATES ON: I-NAMHS Read More »

ICIFPRH 2022: CALL FOR ABSTRACT

2nd INTERNATIONAL CONFERENCE ON INDONESIA FAMILY PLANNING AND REPRODUCTIVE HEALTH 2022 is Calling for Abstracts!

Are you researchers, experts, policy makers, practitioners, NGOs, development partners, professional associations, activists, or students interested in family planning and reproductive health issues in Indonesia? Let’s join us!

Scientific Program Theme:
“Accelerating Efforts To Achieve Three Zeros By 2030 In Indonesia”

The 2nd International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) is a large forum involving international and national experts, policy makers, program managers, international and national NGOs, development partners, professional association, as well as practitioners to discuss various issues of family planning and reproductive health in Indonesia. The conference is expected to be held every two years, carrying different themes.

Submit your abstract through:

Homepage

Open submission: 1 April – 30 June 2022

ICIFPRH 2022: CALL FOR ABSTRACT Read More »

Panduan Menulis Artikel Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat

Panduan Menulis Artikel Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat

Buku ini sebagai panduan untuk menulis artikel ilmiah di bidang kedokteran dan Kesehatan masyarakat untuk peneliti, dosen dan mahasiswa tentang bagaimana cara menulis artikel dan jurnal kedokteran dan Kesehatan masyarakat. Buku ini sebagai bentuk agar peneliti, dosen dan mahasiswa dapat menyebarluaskan hasil penelitian agar bermanfaat bagai masyarakat ilmiah dengan publikasi yang baik dan berkualitas sesuai pemahaman dan konsep-konsep penulisan artikel secara baik. Penulisan hasil penelitian dalam jurnal/artikel ilmiah harus memenuhi 2 kriteria pokok, yaitu: -- kaidah penelitian yang baik dan -- cara-cara publikasi yang benar. Kaidah penelitian yang baik harus mencakup berbagai aspek, antara lain masalah keaslian penelitian, relevansi pertanyaan penelitian yang diajukan, validitas dan reliabilitas pengukuran, kebenaran dan ketepatan cara analisis data, dan interpretasi hasil penelitian. Untuk tata-cara penulisan yang benar adalah mengikuti standar tata-cara penulisan ilmiah secara umum dan tata-cara penulisan artikel dari penerbit jurnal.

Panduan Menulis Artikel Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat

-

Panduan Menulis Artikel Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Read More »

Bringing Private Midwives Into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: Brief

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS
BRINGING PRIVATE MIDWIVES INTO INDONESIA’S NATIONAL HEALTH INSURANCE SCHEME: BRIEF

Siswanto Agus Wilopo, Rosalia Kurniawati Harisaputra, Anggriyani Wahyu Pinandari, Althaf Setyawan, Yufan Putri

Bringing Private Midwives into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: Brief

The Strategic Purchasing for Primary Health Care (SP4PHC) project aims to improve how governments purchase primary health care (PHC) services, with a focus on family planning (FP) and maternal, newborn, and child health (MNCH). The project is supported by a grant from the Bill & Melinda Gates Foundation and implemented by ThinkWell in collaboration with country governments and local research partners in five countries: Burkina Faso, Indonesia, Kenya, the Philippines, and Uganda.

In Indonesia, SP4PHC is helping to improve how the national health insurance scheme, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), engages and incentivizes the full range of health providers to increase access to quality MNCH services. Indonesia still has an alarmingly high maternal mortality ratio (MMR), even though it has seen increased utilization of MNCH services and expanded JKN coverage to over 80% of the population.

This brief summarizes findings from a landscaping study conducted by Universitas Gadjah Mada’s (UGM) Center for Reproductive Health, ThinkWell’s learning partner. Drawing from an extensive review of the literature, interviews with key stakeholders, and focus group discussions with private midwives, the study documents how important private midwives are in delivering MNCH services. The study also explores why private midwives are often left out of the JKN system and offers policy recommendations about how strategic purchasing can be leveraged to incentivize them to join JKN and improve the quality of the services they provide.

Bringing Private Midwives Into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: Brief Read More »

Bringing Private Midwives into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: A Landscape Analysis

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS
SP4HPC - Bringing Private Midwives into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: A Landscape Analysis

Siswanto Agus Wilopo, Rosalia Kurniawati Harisaputra, Anggriyani Wahyu Pinandari, Althaf Setyawan, Yufan Putri

Bringing Private Midwives into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: A Landscape Analysis

Indonesia suffers from stubbornly high maternal mortality. Addressing this challenge is a key priority for the government. Private midwives provide a substantial proportion of reproductive and maternal services across the country. However, very few of these midwives are contracted under Indonesia’s national health insurance scheme, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). On the one hand, a sizeable proportion of women pay out-of-pocket (OOP) for maternal services at varying levels of quality from private midwives, while on the other an increasing proportion of JKN claims are for expensive services, including caesarean sections (C-sections). Integrating this widely accepted frontline provider of maternal services into JKN could have equity, efficiency, and quality benefits.

This report summarizes findings from a landscaping study that ThinkWell and the Center for Reproductive Health at Universitas Gadjah Mada undertook in 2018 on JKN engagement with private midwives under the Strategic Purchasing for Primary Health Care (SP4PHC) project. ThinkWell is implementing SP4PHC in partnership with government agencies and research institutions in five countries, with support from a grant from the Bill & Melinda Gates Foundation. The project’s overarching objective is to strengthen how governments purchase primary health care (PHC) services, with a focus on family planning (FP) and maternal, newborn, and child health (MNCH). The team completed a detailed policy review, data analysis, and qualitative interviews to explore why private midwives are not participating in JKN and to generate recommendations about how these underlying factors may be addressed. This information has informed ongoing discussions about improving strategic purchasing for MNCH, which the Ministry of Health (MOH) is leading with key Indonesian stakeholders and partners to ultimately develop and test policies that offer a stronger value proposition to private midwives to participate in JKN.

A detailed review of JKN processes relating to contracting providers and processing claims reveals the complexity and inefficiency of current systems and how these differ by level and provider type. A major reason why a low proportion of private midwives have joined JKN is the uncertainty of getting reimbursed for services. Private midwives must submit claims through local PHC facilities, which adds another layer of bureaucracy that slows down the overall payment process. Also, the reimbursement rates for MNCH services through JKN are low compared to the OOP fees pregnant women are willing to pay private midwives. The current payment system does not show the benefits of joining JKN for private midwives.

While there is an abundant supply of midwives across Indonesia, there is wide variation in the training, certification, and competencies of midwives. Although there are over 700 schools that provide midwifery training, many are not accredited, and there are wide variations in training standards. Additionally, the administrative burden associated with regulating the licensing of private midwives falls onto overburdened local health officials. Government officials hesitate to include private midwives into JKN because they are unable to adequately monitor and ensure the quality of their service delivery.

Addressing these pain points will allow the MOH and other key stakeholders to develop and test policies that offer a stronger value proposition to private midwives to participate in JKN, with support from SP4PHC and other partners. Once private midwives have joined, the purchasing power of JKN can be leveraged to strategically incentivize better-quality practices from this trusted cadre of providers, widen JKN’s effective coverage, and reorient the referral and delivery system more toward PHC and away from more costly upstream services.

Bringing Private Midwives into Indonesia’s National Health Insurance Scheme: A Landscape Analysis Read More »

GEAS DENPASAR

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS

GEAS DENPASAR

Generasi muda sekarang hidup di lingkungan yang menghadapi transformasi sosial yang secara cepat berubah karena globalisasi, urbanisasi, dan akses pada komunikasi masa. Perubahan yang cepat ini mempengaruhi cara berpikir, norma sosial, dan nilai-nilai sosial yang dianut remaja terutama di negara berkembang. Remaja muda (usia 10-14 tahun) mengalami masa transisi dramatis karena tumbuh dan kembang mereka terutama perkembangan kognitif, sosial, dan seksual. Perubahan fisik dan perubahan ekspektasi sosial memberikan tekanan pada remaja karena perubahan tanggung jawab dan peran remaja di lingkungan. Selain itu, terdapat perkembangan kemampuan kognitif dalam berpikir abstraks sehingga remaja mulai memikirkan masa depan mereka.

Selama 20 tahun terakhir, terdapat ketertarikan yang muncul pada perkembangan dan kesehatan remaja, tetapi focus primer penelitian-penelitian tersebut adalah pada remaja berusia 15-24 tahun. Global Early Adolescent Study (GEAS) berusaha untuk mengisi kekosongan pemahaman mengenai remaja usia muda (10-14 tahun) dan mengikuti perkembangan mereka sampai dewasa. GEAS memiliki tujuan untuk mengeksplorasi perkembangan norma sosial yang tidak setara dan konsekuensinya pada anak laki-laki dan perempuan terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, kesehatan mental, retensi dan penyelesaian sekolah, dan kekerasan berbasis gender. GEAS akan terbagi dalam 3 gelombang, gelombang pertama (baseline) untuk mengukur informasi dasar sebelum dilakukan intervensi, gelombang kedua (2021) akan mengukur dampak yang diberikan kurikulum SETARA (Semangat Dunia Remaja), dan gelombang ketiga akan melihat bagaimana pandangan remaja yang pernah mendapatkan kurikulum ini. SETARA merupakan kurikulum Pendidikan seksual dan reproduksi yang ditujukan untuk anak SMP (usia 12-14 tahun) di Indonesia.

Laporan ini berfokus untuk memberikan gambaran data baseline karakteristik sosioekonomi sampel pada penelitian GEAS di Denpasar, mengeksplorasi norma gender yang selama ini remaja muda Denpasar yakini, memberikan gambaran pengetahuan siswa mengenai pencegahan kehamilan, HIV, kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi sebelum dilakukan intervensi SETARA, memberikan informasi mengenai perilaku kekerasan siswa (seperti perundungan, mengejek), hubungan romantis, dan akses pada layanan kesehatan reproduksi, dan memberikan gambaran kesehatan remaja secara umum yang dapat digunakan stakeholders untuk dapat membuat intervensi kesehatan bagi remaja.

Penelitian GEAS gelombang pertama ini menggunakan 2 kuesioner dalam pengumpulan data yang diberikan terpisah kepada orang tua dan murid. Kuesioner ini dibagikan kepada 6 sekolah di Denpasar dengan total murid 1,753 siswa. Penelitian ini merupakan kolaborasi dengan beberapa instansi penelitian yaitu Rutgers WPF, Pusat Kespro UGM, dan PKBI dengan dukungan dari Johns Hopkins (JHU) Bloomberg School of Public Health, The Karolinska Institute, dan World Health Organization (WHO).

GEAS DENPASAR Read More »

GEAS SEMARANG

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS

GEAS SEMARANG

Generasi muda sekarang hidup di lingkungan yang menghadapi transformasi sosial yang secara cepat berubah karena globalisasi, urbanisasi, dan akses pada komunikasi masa. Perubahan yang cepat ini mempengaruhi cara berpikir, norma sosial, dan nilai-nilai sosial yang dianut remaja terutama di negara berkembang. Remaja muda (usia 10-14 tahun) mengalami masa transisi dramatis karena tumbuh dan kembang mereka terutama perkembangan kognitif, sosial, dan seksual. Perubahan fisik dan perubahan ekspektasi sosial memberikan tekanan pada remaja karena perubahan tanggung jawab dan peran remaja di lingkungan. Selain itu, terdapat perkembangan kemampuan kognitif dalam berpikir abstraks sehingga remaja mulai memikirkan masa depan mereka.

Selama 20 tahun terakhir, terdapat ketertarikan yang muncul pada perkembangan dan kesehatan remaja, tetapi focus primer penelitian-penelitian tersebut adalah pada remaja berusia 15-24 tahun. Global Early Adolescent Study (GEAS) berusaha untuk mengisi kekosongan pemahaman mengenai remaja usia muda (10-14 tahun) dan mengikuti perkembangan mereka sampai dewasa. GEAS memiliki tujuan untuk mengeksplorasi perkembangan norma sosial yang tidak setara dan konsekuensinya pada anak laki-laki dan perempuan terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, kesehatan mental, retensi dan penyelesaian sekolah, dan kekerasan berbasis gender. GEAS akan terbagi dalam 3 gelombang, gelombang pertama (baseline) untuk mengukur informasi dasar sebelum dilakukan intervensi, gelombang kedua (2021) akan mengukur dampak yang diberikan kurikulum SETARA (Semangat Dunia Remaja), dan gelombang ketiga akan melihat bagaimana pandangan remaja yang pernah mendapatkan kurikulum ini. SETARA merupakan kurikulum Pendidikan seksual dan reproduksi yang ditujukan untuk anak SMP (usia 12-14 tahun) di Indonesia.

Laporan ini berfokus untuk memberikan gambaran data baseline karakteristik sosioekonomi sampel pada penelitian GEAS di Semarang, mengeksplorasi norma gender yang selama ini remaja muda Semarang yakini, memberikan gambaran pengetahuan siswa mengenai pencegahan kehamilan, HIV, kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi sebelum dilakukan intervensi SETARA, memberikan informasi mengenai perilaku kekerasan siswa (seperti perundungan, mengejek), hubungan romantis, dan akses pada layanan kesehatan reproduksi, dan memberikan gambaran kesehatan remaja secara umum yang dapat digunakan stakeholders untuk dapat membuat intervensi kesehatan bagi remaja.

Penelitian GEAS gelombang pertama ini menggunakan 2 kuesioner dalam pengumpulan data yang diberikan terpisah kepada orang tua dan murid. Kuesioner ini dibagikan kepada 6 sekolah di Semarang dengan total murid 1,517 siswa. Penelitian ini merupakan kolaborasi dengan beberapa instansi penelitian yaitu Rutgers WPF, Pusat Kespro UGM, dan PKBI dengan dukungan dari Johns Hopkins (JHU) Bloomberg School of Public Health, The Karolinska Institute, dan World Health Organization (WHO).

GEAS SEMARANG Read More »

GEAS BANDARLAMPUNG

Sexual Intercourse Among Early Adolescents in Semarang, Central Java, Indonesia: Survey Using RDS

GEAS BANDARLAMPUNG

Generasi muda sekarang hidup di lingkungan yang menghadapi transformasi sosial yang secara cepat berubah karena globalisasi, urbanisasi, dan akses pada komunikasi masa. Perubahan yang cepat ini mempengaruhi cara berpikir, norma sosial, dan nilai-nilai sosial yang dianut remaja terutama di negara berkembang. Remaja muda (usia 10-14 tahun) mengalami masa transisi dramatis karena tumbuh dan kembang mereka terutama perkembangan kognitif, sosial, dan seksual. Perubahan fisik dan perubahan ekspektasi sosial memberikan tekanan pada remaja karena perubahan tanggung jawab dan peran remaja di lingkungan. Selain itu, terdapat perkembangan kemampuan kognitif dalam berpikir abstraks sehingga remaja mulai memikirkan masa depan mereka.

Selama 20 tahun terakhir, terdapat ketertarikan yang muncul pada perkembangan dan kesehatan remaja, tetapi focus primer penelitian-penelitian tersebut adalah pada remaja berusia 15-24 tahun. Global Early Adolescent Study (GEAS) berusaha untuk mengisi kekosongan pemahaman mengenai remaja usia muda (10-14 tahun) dan mengikuti perkembangan mereka sampai dewasa. GEAS memiliki tujuan untuk mengeksplorasi perkembangan norma sosial yang tidak setara dan konsekuensinya pada anak laki-laki dan perempuan terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, kesehatan mental, retensi dan penyelesaian sekolah, dan kekerasan berbasis gender. GEAS akan terbagi dalam 3 gelombang, gelombang pertama (baseline) untuk mengukur informasi dasar sebelum dilakukan intervensi, gelombang kedua (2021) akan mengukur dampak yang diberikan kurikulum SETARA (Semangat Dunia Remaja), dan gelombang ketiga akan melihat bagaimana pandangan remaja yang pernah mendapatkan kurikulum ini. SETARA merupakan kurikulum Pendidikan seksual dan reproduksi yang ditujukan untuk anak SMP (usia 12-14 tahun) di Indonesia.

Laporan ini berfokus untuk memberikan gambaran data baseline karakteristik sosioekonomi sampel pada penelitian GEAS di Bandar Lampung, mengeksplorasi norma gender yang selama ini remaja muda BandarLampung yakini, memberikan gambaran pengetahuan siswa mengenai pencegahan kehamilan, HIV, kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi sebelum dilakukan intervensi SETARA, memberikan informasi mengenai perilaku kekerasan siswa (seperti perundungan, mengejek), hubungan romantis, dan akses pada layanan kesehatan reproduksi, dan memberikan gambaran kesehatan remaja secara umum yang dapat digunakan stakeholders untuk dapat membuat intervensi kesehatan bagi remaja.

Penelitian GEAS gelombang pertama ini menggunakan 2 kuesioner dalam pengumpulan data yang diberikan terpisah kepada orang tua dan murid. Kuesioner ini dibagikan kepada 6 sekolah di Bandar Lampung dengan total murid 1,414 siswa. Penelitian ini merupakan kolaborasi dengan beberapa instansi penelitian yaitu Rutgers WPF, Pusat Kespro UGM, dan PKBI dengan dukungan dari Johns Hopkins (JHU) Bloomberg School of Public Health, The Karolinska Institute, dan World Health Organization (WHO).

GEAS BANDARLAMPUNG Read More »