Center for Reproductive Health

Uncategorized

STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA: Program, Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Akses Layanan Bagi Remaja

STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA

Program, Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Akses Layanan Bagi Remaja Belum Menikah

LAPORAN PENELITIAN

Juni 2017

Disiapkan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM:

Siswanto Agus Wilopo

Issac Tri Oktaviatie Ratnaningsih

Anggriyani Wahyu Pinandari

Agung Nugroho

Asal Wahyuni Erlin Mulyadi

Karina Puspitasari

Bekerjasama dengan Johns Hopkins Center for Communication Programs

 

RINGKASAN EKSEKUTIF
Perilaku seksual yang berisiko, merokok, penyalahgunaan obat dan kekerasan fisik berhubungan dengan kehamilan pada remaja. Kehamilan dan persalinan pada remaja akan berakibat pada meningkatnya masalah kesehatan dan memburuknya indikator kesehatan seksual remaja seperti aborsi yang tidak aman serta meningkatkan kematian remaja usia 15-19 tahun. Penggunaan kontrasepsi disetujui secara global pada perempuan usia 15-49 tahun, namun terbatasnya akses, pilihan metode kontrasepsi, serta monitoring dan evaluasi program KIE, memengaruhi fenomena kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang akan mungkin meningkatkan permintaan aborsi tidak aman bahkan pada kelompok umur yang lebih muda. Jumlah remaja Indonesia hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 64 juta jiwa (27,6%) yang berarti satu dari empat penduduk Indonesia adalah remaja, maka risiko kesehatan pada penduduk kelompok umur ini akan sangat memengaruhi kesehatan populasi di masa depan. Angka keterpaparan remaja usia 15-24 tahun terhadap informasi penundaan perkawinan dan pencegahan kehamilan di media massa menurun, padahal hasil SKRRI tahun 2012 menunjukkan peningkatan persentase remaja yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. Di tahun 2015, ASFR usia 15-19 tahun di Indonesia masih 48, padahal pemerintah menargetkan penurunan ASFR hingga 38 pada 2019 (PMA2020). Perlu upaya lebih serius, terfokus dan intensif untuk mencapai target ini.

Saat ini tidak banyak studi berskala nasional di Indonesia yang memberikan gambaran status kesehatan remaja khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, seksualitas dan kehamilan dari sudut pandang remaja itu sendiri, orang tua dan pemangku kepentingan. Padahal populasi muda Indonesia tersebar di seluruh nusantara dengan tingkat ekonomi dan sosio kultural yang beraneka ragam. Untuk mengisi kesenjangan informasi tersebut, studi kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam kepada lebih dari 200 pemangku kepentingan/stakeholder, wawancara dengan teknik vignette (cerita kasus) kepada 144 remaja laki-laki dan perempuan usia 10-14 tahun dan wawancara mendalam kepada orang tuanya sejumlah 144 pasang, serta FGD pada 288 remaja laki-laki dan perempuan usia 15-19 tahun.

Kebutuhan akan informasi kesehatan reproduksi yang berkualitas, mudah diakses dan bebas prasangka serta stigma disampaikan oleh sebagian besar remaja. Pada kelompok remaja usia 10-14 tahun ditemukan kesenjangan antara harapan sumber informasi yang diinginkan remaja dan sumber informasi yang orang tua mereka fikirkan. Ketika remaja 10-14 tahun ingin menerima informasi dari orang tua, orang tua justru beranggapan anak mereka sudah cukup mendapatkan informasi tersebut dari sekolah dan internet. Stigma dan tabu yang melekat pada isu-isu berkaitan dengan kesehatan reproduksi masih banyak ditemukan di Indonesia. Bagi remaja 15-19 tahun kondisi ini menyebabkan akses informasi lewat internet atau teman sebaya lebih disukai. Hal ini juga yang menyebabkan orang tua dan penyedia layanan tidak mampu melaksanakan fungsinya yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan reproduksi secara maksimal.

Usia menikah yang ideal tidak berbeda menurut pandangan semua remaja yaitu: perempuan berada pada rentang 20-25 tahun, sedangkan laki-laki 25-30 tahun. Perbedaan usia ini sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan mengenai peran gender seperti bahwa laki-laki sebagai pemimpin keluarga harus mempunyai pendidikan yang lebih tinggi, memiliki pekerjaan dan matang secara psikologis. Berkaitan dengan usia hamil bagi perempuan dan laki-laki menjadi ayah, mayoritas remaja menyebut usia 20-30 tahun adalah yang ideal, dan 25 tahun yang paling banyak disebut. Pilihan usia untuk menikah dan memiliki anak kurang lebih berada pada rentang umur yang sama dipengaruhi oleh pandangan budaya di masyarakat bahwa pasangan yang sudah menikah dituntut untuk memiliki anak sesegera mungkin.

Respon terhadap KTD menurut sebagian besar remaja, orang tua dan pemangku kepentingan adalah dinikahkan. Sebagian remaja menyatakan lebih baik melarikan diri/pergi dari rumah atau menggugurkan kandungannya/ kandungan pacarnya dengan cara-cara non-medis sesuai pengetahuan mereka menurut cerita dari teman-teman sebayanya. Respon lain terkait KTD yang ditemukan di wilayah Sumatera Barat, Kalimantan Barat, NTT dan Papua adalah aturan adat dalam bentuk pembayaran denda oleh laki-laki yang menghamili, meskipun tanpa harus menikahi. Besaran denda ditentukan oleh pihak perempuan berupa uang dan perhiasan yang dianggap berharga bagi suku/ masyarakatnya.

Koordinasi serta kerjasama antar-pemangku kepentingan dan pelaksana program masih menjadi masalah yang perlu dipecahkan baik di sektor pemerintah (antar SKPD) maupun swasta yang melibatkan LSM/Ormas, tokoh masyarakat dan agama agar tidak terjadi tumpang tindih dana, program dan sasarannya. Kebutuhan akan inovasi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi seperti penggunaan video, animasi, aplikasi online dan lain-lain yang lebih ramah dan menarik bagi remaja juga orang tuanya sangat dirasakan oleh mayoritas informan studi ini. Internalisasi dan advokasi di dalam institusi yang terkait dengan program kesehatan reproduksi masih belum berjalan efektif sehingga memengaruhi pandangan dan kepedulian stakeholder pemerintah dalam memastikan payung hukum serta dalam menjalankan pogram kesehatan reproduksi seksual remaja

Read more…

STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA: Program, Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Akses Layanan Bagi Remaja Read More »

PERFORMANCE MONITORING & ACCOUNTABILITY 2020: INDONESIA – LAPORAN LENGKAP INDIKATOR: INDONESIA 2015

Performance Monitoring & Accountability 2020: Indonesia

Laporan Lengkap Indikator: Indonesia 2015

LAPORAN LENGKAP PENELITIAN

Juni 2017

Disiapkan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM:

Siswanto Agus Wilopo

Althaf Setiawan

Anggriyani Wahyu Pinandari

PMA2020

“Performance Monitoring and Accountability 2020” (PMA2020) adalah program baru selama lima tahun ke depan yang melakukan survei teratur, tidak mahal, dan mengembangkan sistem pertukaran informasi/data yang cepat secara nasional dengan menggunakan teknologi gawai (smart phone) untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi terkait keluarga berencana (KB) dan kesehatan baik di tingkat rumah tangga maupun fasilitas. Survei telah dilaksanakan di sepuluh negara di Afrika dan Asia dan bekerjasama dengan universitas serta organisasi penelitian lokal dengan tujuan meningkatkan kapasitas lokal. Survei ini telah dilaksanakan oleh pengumpul data/enumerator perempuan lokal (Resident enumerators/REs) yang mengadakan wawancara minimal di setiap tahun.

Di Indonesia PMA2020 tahun 2015 terselenggara atas kerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanuddin (UNHAS) dengan supervisi dari John Hopkins University (JHU). Survei ini disetujui dan didukung oleh Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) dalam hal penyusunan kerangka sampel. Dukungan teknis dan keuangan disediakan oleh Bill & Melinda Gates Foundation melalui hibah kepada Bill & Melinda Gates Institute untuk Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Survei PMA2020 mewawancarai sampel terpilih dari perempuan berusia 15 sampai 49 tahun dan fasilitas kesehatan, apotek, serta outlet ritel yang menawarkan layanan keluarga berencana (titik pelayanan/service delivery point [SDP]). Responden perempuan diberikan pertanyaan tentang latar belakang sosiodemografi, riwayat kelahiran dan preferensi fertilitas, penggunaan metode keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi mereka, serta informasi lainnya yang membantu pembuat kebijakan dan pelaksana program dalam hal peningkatan kesehatan dan keluarga berencana.

Tujuan survey

PMA2020 adalah program survei di banyak negara yang dirancang untuk:

  • Membantu negara‐negara dalam melakukan survei rumah tangga dan fasilitas pelayanan secara nasional untuk secara teratur memantau perubahan akses dan penggunaan layanan KB, serta layanan kesehatan lainnya.
  • Memberikan informasi kepada penyelenggara layanan kesehatan untuk dapat membantu mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan program‐program yang menawarkan layanan penting ini.
  • Memperkuat kapasitas negara untuk secara teratur memantau dan mengevaluasi program‐program kesehatan.
  • Mengidentifikasi kesenjangan dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas informasi, layanan, dan produkproduk terkait.
  • Memungkinkan perbandingan atas akses dan kualitas penyuluhan dan layanan yang ditawarkan antara jenis fasilitas yang berbeda

Read more…

 

 

PERFORMANCE MONITORING & ACCOUNTABILITY 2020: INDONESIA – LAPORAN LENGKAP INDIKATOR: INDONESIA 2015 Read More »

Clinical Epidemiology and Biostatistics Course 2018

Designing Clinical Research
Clinical Epidemiology and Biostatistics Course 2018

 

(KUI: 7024: 4 credit units)
Time: Thursday – Saturday
(From January 11 – 27, 2018)

Course Director: Prof. Siswanto Agus Wilopo, M.D., M.Sc., Sc.D..
Professor, Department of Biostatistics, Epidemiology and Population Health

INTRODUCTION

The goal of clinical research is to draw inferences from findings in the study about the nature of the universe around it. This course is an introduction to the process of clinical research, defined broadly as patient-oriented, translational, epidemiological, comparative effectiveness, behavioral, outcomes, or health services research (i.e., any research that has individual human beings or groups of human beings as its unit of observation). Students are exposed to overarching concepts and essential vocabulary for designing and interpreting clinical research for their clinical practice and/or achieving higher degree in health science. This is primarily accomplished by instructing students in the creation of a research protocol that is intended to address a relevant research question in their specific area of interest. Lectures will cover the following areas: –clinical and statistical design of phase I, II and III trials; –observational study including prognostic study, — evaluation of diagnostic tests and screening program; –the protocol review and IRB process, ethical issue and informed consent, and –data collection, trial monitoring and statistical analysis for clinical research.

The goals for this course are for participants to:

  • acquire skills for designing, interpreting, and statistical analysis for clinical research;
  • produce a complete clinical research protocol, including background, sampling, sample size estimation, measurements, plan for data analysis, inform consent; and
  • help their colleagues to develop clinical research protocols.

LEARNING OBJECTIVES

At the end of the course the student should be able to:

  • Formulate clinical research questions which can be answered by the researcher
  • Design clinical research project to answer questions proposed
  • Describe an overview of basic biostatistic and epidemiological methods involved in conducting clinical research
  • Prepare sampling method and sample size estimation according to study design and statistical analysis selected/planned
  • Formulate statistical techniques to answer study proposed
  • Describe the principle involved in the ethical, legal, and regulatory issues in clinical human subject research, including the role of Institutional Review Boards (IRBs).
  • Demonstrate on how to write a protocol of clinical research for dissertation or thesis

PREREQUISITES

a. Possession of at least an undergraduate degree or enrollment in the Post Graduate Program at Faculty of Health Science, Public Health and Nutrition, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

b. Submit an idea for a research question in clinical research that has been discussed with an experienced investigator or the thesis or Dissertation Advisor (Application form and Template Short protocol can be downloaded from: from http:/www.chnrl.org). Please submit this form during your registration or email it to adhi_44@yahoo.com). Student who did not submit this form will not be enrolled in the class. We do not expect you to submit final protocol rather than draft for maximum 5 pages (excluding references).

c. Proficiency with word processing software, biomedical literature searching with PubMed, Science Direct, Scopus, Wiley online library and reference management software (i.e.: Endnote)

d. Students who have not had experiences for word processing software, biomedical literature searching, and reference management software will be given a special training by Staffs of Center for Reproductive Health a week before the course date. Please register for this special training to email address above.

ENROLLMENT

To apply for this course, please fill out and submit the application below. This course is a free for registered student who has been approved by his/her study program. Course materials (photocopy of reading materials) are not free and it is responsibility of student to pay. The deadline for application is January 9, 2018.

Complete syllabus and tentative time table can be download, here.

REQUIRED READING

List of reading materials can be downloaded here. This list will be updated time to time according to the student’s need. All printed materials will be distributed in the class.

Meeting Place will be Room 106 Gedung IKM Lantai 1

Clinical Epidemiology and Biostatistics Course 2018 Read More »

EFFECTIVENESS STUDY ON THE INTEGRATION OF MICRONUTRIENT POWDER (MNP) INTO LOCAL FOOD BASED SCHOOL MEALS IN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) AND KUPANG DISTRICT OF NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) PROVINCE

EFFECTIVENESS STUDY ON THE INTEGRATION OF MICRONUTRIENT POWDER (MNP) INTO LOCAL FOOD BASED SCHOOL MEALS IN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) AND KUPANG DISTRICT OF NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) PROVINCE

Principle Investigator:

Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., Sc.D.
Co-PI:
Drs. Abdul Wahab, MPH
Investigators:
dr. Emi Huriyati, M.Kes
dr. Ifta Choiriyyah, MSPH
Dr. Dra. Sunarti, Apt, M.Kes
Agung Nugroho, MPH
dr. Prima Dhewi, M.Biotech.
dr. Citra Indriani, MPH
Althaf Setyawan, S.Si, MPH.
Mustikaningtyas, S.Psi.,Psi., MPH.
dr. Amirah Wahdi

EXECUTIVE SUMMARY
Despite notable economic and social progress in Indonesia, food insecurity, as well as child and maternal under-nutrition remain persistent challenges. In the past three years, the prevalence of stunting has increased from 35.6% to 37.2% nationwide, with much higher levels in the eastern provinces, such as East Nusa Tenggara, West Nusa Tenggara, Maluku, and West Papua. East Nusa Tenggara (Nusa Tenggara Timur, NTT) is one of the provinces that continues to face a combination of acute and chronic food insecurity, especially due to issues of food access and utilization, contributing to the severe under-nutrition among its population, particularly women and young children, as well as. As is expected with such high rates of under nutrition, micronutrient deficiencies are also concerning. NTT province has the highest levels of wasting, stunting and underweight children in Indonesia at 13.3%, 58% and 29% respectively. This level of prevalence is a serious public health concern, according to WHO criteria.

The WFP’s Project Laser Beam in Indonesia (PLBI) included various interventions to address both direct and underlying causes of under-nutrition throughout the life cycle of a child. The aim of the PLBI is to improve the nutrition and food security situation in NTT, Indonesia. Key target groups included school-aged children and their families in rural communities. The WFP in collaboration with the Indonesian Government distributed Micronutrient Powders (MNPs) for primary school children using the Local Food-Based School Meal Programme (LFBSMP).

Despite the wide body of primary research on MNP interventions, there are few syntheses of the existing data for school-aged children. This review shows that MNPs raise serum hemoglobin levels and reduce anemia significantly for children aged under 2 years old, not for school-aged children. In addition, the evidence on growth is also weak. These problems need to be resolved by conducting an effectiveness study before recommending the intervention for implementation at scale.

Therefore, the objectives of this study are:

a. To assess the effectiveness of micronutrients provision through Micronutrient Powders (MNP) in Local Food-Based School Meals (LFBSM) in Timor Tengah Selatan (TTS) District and Kupang District of NTT province;

b. To assess the effectiveness of BCC (Behavior Change Communication) materials in implementation of VITAS social marketing.

c. To collect key programmatic inputs for technical guidance that will support MNP distributions in school feeding projects.

Read More …

EFFECTIVENESS STUDY ON THE INTEGRATION OF MICRONUTRIENT POWDER (MNP) INTO LOCAL FOOD BASED SCHOOL MEALS IN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) AND KUPANG DISTRICT OF NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) PROVINCE Read More »

Keluarga Berencana – Buku Pedoman Global Untuk Pemberi Layanan

Keluarga Berencana

BUKU PEDOMAN GLOBAL UNTUK PEMBERI LAYANAN

Pedoman berbasis bukti yang dikembangkan melalui kerja sama global

Diterjemahkan dari Buku yang diterbitkan oleh World Health Organization and
Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health/Center for Communication

Programs dengan judul:

“Family Planning: A Global Handbook for Provider”

Update 2011

Ketua Penyunting:

Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU., M.Sc., Sc.D.

Anggota Tim Penyunting:

dr. Rosalia Kurniawati Harisaputra
dr. Fransisca Kurnia Chandra
dr. Arika Dewi, MKM

Baca, Klik di sini

Keluarga Berencana – Buku Pedoman Global Untuk Pemberi Layanan Read More »

PELAYANAN KONTRASEPSI DALAM SISTEM PELAYANAN DI ERA BPJS

Laporan Penelitian Bagian I

Pelayanan Kontrasepsi dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Era BPJS:
Cost-Utilization

Siswanto Agus Wilopo
Althaf Setiawan
Firdaus Hafidz
Pusat Kesehatan Reproduksi
Fakultas Kedokteran UGM

Setahun sebelum penelitian ini dilakukan, saya mendengar pidato salah satu pejabat Negara bahwa pelayanan KB di dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) perlu mendapat perhatian khusus karena kebutuhan untuk membeli kondom saja mencapai 11 trilun. Meskipun barangkali ucapan dalam acara Seminar Nasional tentang Kebijakan Kesehatan di Surabaya tersebut sambil bergurau, saya menanggapinya dengan serius. Pelayanan kontrasepsi sebagai bagian pokok dari program Keluarga Berencana Nasional ternyata tidak menjadi isu penting dalam pelaksanaan JKN di Indonesia. Saya menangkap bahwa masalah KB tidak menjadi isu serius seperti halnya dalam program ‘Obama Care’ di Amerika Serikat.

Oleh karena itu, saya sebagi Ketua Perhimpunan Dokter Kesehatan Komunitas dan Kedokteran Komunitas (PDK3MI) dan Ketua Pusat Kajian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada memprakarsai untuk melakukan diskusi tertutup dengan para pemangku kepentingan dalam Program KB dan JKN dengan agenda membahas tentang ‘pelayanan kontrasepsi dalam sistim pelayanan kesehatan di era BPJS’. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Bapak Prof. Ali Ghufron Mukti, sebagai wakil Menteri Kesehatan, Deputi KB-KR BKKBN dan jajarannya, Perwakilan PT Askes Pusat, PT Jamsostek, Ketua IDI, AFP the Johns Hopkins University, POGI, para Guru Besar UGM dan pengurus pusat PDK3MI. Pertemuan ini sebagian pendanaannya dibantu oleh ‘Project on Advance Family Planning’ dari the Johns Hopkins University, Baltimore, USA.

Dalam pertemuan tersebut tersirat bahwa program KB tidak memperoleh perhatian sama sekali, karena sebelumnya PT Askes tidak menanggung pelayanan KB, kecuali pelayanan kontrasepsi mantap yang telah disepakati dalam panduan tertulis antara Direktur PT ASKES, Dirjen Yanmedik dan Deputi KB-KR yang kebetulan saya sebagai pejabatnya pada waktu itu. Selama persiapan JKN sebelum pertemuan tersebut, BKKBN secara resmi tidak pernah/jarang sekali diundang dalam proses pembahasan tentang pelaksanaan JKN. Padahal, dalam UU nomer 40 tahun 2004 tentang BPJS ditegaskan bahwa pelayanan KB adalah salah satu benefit dalam asuransi nasional.

Sejak pertemuan tersebut, Pusat Kesehatan Reproduksi dan pengurus Pusat PDK3MI bersama BKKBN melakukan serangkain pertemuan konsultasi dengan para pemangku kepentingan dalam program KB untuk membahas ‘pelayanan kontrasepsi dalam pelayanan kesehatan di era BPJS’. Selain membahas arah kebijakan, kami secara khusus merancang penelitian tentang pembiayaan pelayanan KB dan ‘cost-effectiveness’ dari program KB untuk BPJS Kesehatan dan Pembangunan secara nasional.

Lebih Lanjut …

PELAYANAN KONTRASEPSI DALAM SISTEM PELAYANAN DI ERA BPJS Read More »

UJI KLINIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS, KEAMANAN DAN PENERIMAAN KONTRASEPSI YANG MENGANDUNG LYNESTRENOL (NEXTON® DAN EXLUTON®) UNTUK WANITA MENYUSUI DI INDONESIA

UJI KLINIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS, KEAMANAN DAN PENERIMAAN KONTRASEPSI YANG MENGANDUNG LYNESTRENOL (NEXTON® DAN
EXLUTON®) UNTUK WANITA MENYUSUI DI INDONESIA

KERJASAMA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

DENGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
BKKBN

YOGYAKARTA
2017

Latar Belakang

Di Indonesia, pola menyusui secara ekslusif sangat rendah selama beberapa tahun terakhir ini(1). Ditengarai bahwa perubahan pola menyusui berdampak pada lamanya amenorrhea selama laktasi sehingga kembalinya ovulasi pasca melahirkan diduga semakin cepat(2). Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi pasca persalinan masih relatif rendah karena kesadaran dan pilihan teknologi kontrasepsi pasca melahirkan belum disosialisasikan dengan baik. Setiap tahun lebih dari 4 juta wanita melahirkan anak(3), akan tetapi hanya sekitar 14 persen dari mereka menggunakan kontrasepsi dalam kurun waktu 6 bulan pasca melahirkan(1, 4). Padahal, mereka yang memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif tidak lebih dari 40 persen sehingga laktasi amenorrhea tidak dapat lagi diandalkan sebagai cara kontrasepsi alamiah yang aman(5). Dengan kata lain, banyak diantara mereka yang masih menyusui akan mengalami ovulasi tanpa ada perlindungan dari kontrasepsi modern.

Hambatan penggunaan kontrasepsi terutama adalah kurang tersedianya berbagai jenis pilihan kontrasepsi pada waktu menyusui, terutama dalam bentuk sediaan pil(4). Hal ini karena selama menyusui, beberapa wanita di Indonesia memilih kontrasepsi pil hormonal untuk mengatur kehamilan berikutnya. Sementara itu, pilihan pil hormonal dalam program KB nasional tidak banyak variasinya. Masalahnya ialah karena keterbatasan pada penyediaan dan pendanaan terhadap kebutuhan kontrasepsi pil untuk wanita yang sedang menyusui, sehingga pil KB untuk wanita menyusui tidak disediakan dalam program KB nasional paska krisis ekonomi.

Lebih Lanjut …

UJI KLINIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS, KEAMANAN DAN PENERIMAAN KONTRASEPSI YANG MENGANDUNG LYNESTRENOL (NEXTON® DAN EXLUTON®) UNTUK WANITA MENYUSUI DI INDONESIA Read More »

Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan

PERTEMUAN ILMIAH NASIONAL

Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan

Rabu – Jum’at, 26 – 28 November 2014
Universitas Padjajaran Bandung

Kerjasama Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Universitas Padjajaran (UNPAD), Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM (PS-Kespro), dan United Nations Population Fund (UNFPA)

Latar Belakang

Sejak kesepakatan Kairo 1994 sampai hari ini telah banyak perubahan
lingkungan strategis di tingkat global dan nasional yang memerlukan adaptasi dan pembaharuan kebijakan kependudukan dan pembangunan. Perubahan strategis tersebut antara lain: –jumlah penduduk dunia yang telah menembus angka 7 milliar di akhir tahun 2011; –angka fertilitas telah menurun; –penduduk usia lanjut dan remaja meningkat; –mobilitas internal dan internasional meningkat; –komunikasi melalui elektronik media semakin meluas; –terjadinya revolusi seksual dan pola perkawinan telah merubah struktur keluarga; dan –pencemaran lingkungan serta polusi udara yang semakin meningkat. Semua perubahan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan penduduk yang semakin komplek dan menentukan keberlanjutan pembangunan.

Keberhasilan pembangunan nasional tergantung dari pengaturan hubungan timbal-balik antara faktor-faktor dinamika kependudukan (tingkat, pola, dan perubahan struktur) dengan penggunaan sumber daya alam, penataan lingkungan hidup, dan perkembangan sosial dan ekonomi. Masalah kemiskinan, ketidak merataan pembangunan antar daerah, ketidak adilan dan ketidak setaraan gender berpengaruh kuat terhadap perkembangan parameter demografi, yaitu tentang perubahan jumlah, struktur dan komposisi penduduk. Disamping itu, persoalan ketidak seimbangan antara pola konsumsi dan produksi makanan berkontribusi terhadap pemakaian sumber
daya alam yang cenderung menimbulkan pengrusakkan lingkungan dan meningkatnya kemiskinan.

Pendekatan pembangunan harus mempertimbangkan aspek kependudukan dan lingkungan hidup, sebagai fondasi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan perlu mempertimbangkan kondisi jangka panjang sebagai dampak kegiatan pembangunan yang sekarang sedang berlangsung. Tantangan pembangunan nasional dan global ialah untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa harus mengorbankan kepentingan dan kesempatan generasi yang akan datang.

Masalah utama yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia ialah masalah ekonomi yang terbelunggu oleh tatanan lingkungan ekonomi dunia yang tidak selalu dapat menjamin terwujudnya pembangunan yang berlelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk menjamin kesejahteraan umat manusia secara adil dan merata antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

Lebih Lanjut …

Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan Read More »