Center for Reproductive Health

UJI KLINIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS, KEAMANAN DAN PENERIMAAN KONTRASEPSI YANG MENGANDUNG LYNESTRENOL (NEXTON® DAN EXLUTON®) UNTUK WANITA MENYUSUI DI INDONESIA

Share This Story

UJI KLINIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS, KEAMANAN DAN PENERIMAAN KONTRASEPSI YANG MENGANDUNG LYNESTRENOL (NEXTON® DAN
EXLUTON®) UNTUK WANITA MENYUSUI DI INDONESIA

KERJASAMA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

DENGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
BKKBN

YOGYAKARTA
2017

Latar Belakang

Di Indonesia, pola menyusui secara ekslusif sangat rendah selama beberapa tahun terakhir ini(1). Ditengarai bahwa perubahan pola menyusui berdampak pada lamanya amenorrhea selama laktasi sehingga kembalinya ovulasi pasca melahirkan diduga semakin cepat(2). Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi pasca persalinan masih relatif rendah karena kesadaran dan pilihan teknologi kontrasepsi pasca melahirkan belum disosialisasikan dengan baik. Setiap tahun lebih dari 4 juta wanita melahirkan anak(3), akan tetapi hanya sekitar 14 persen dari mereka menggunakan kontrasepsi dalam kurun waktu 6 bulan pasca melahirkan(1, 4). Padahal, mereka yang memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif tidak lebih dari 40 persen sehingga laktasi amenorrhea tidak dapat lagi diandalkan sebagai cara kontrasepsi alamiah yang aman(5). Dengan kata lain, banyak diantara mereka yang masih menyusui akan mengalami ovulasi tanpa ada perlindungan dari kontrasepsi modern.

Hambatan penggunaan kontrasepsi terutama adalah kurang tersedianya berbagai jenis pilihan kontrasepsi pada waktu menyusui, terutama dalam bentuk sediaan pil(4). Hal ini karena selama menyusui, beberapa wanita di Indonesia memilih kontrasepsi pil hormonal untuk mengatur kehamilan berikutnya. Sementara itu, pilihan pil hormonal dalam program KB nasional tidak banyak variasinya. Masalahnya ialah karena keterbatasan pada penyediaan dan pendanaan terhadap kebutuhan kontrasepsi pil untuk wanita yang sedang menyusui, sehingga pil KB untuk wanita menyusui tidak disediakan dalam program KB nasional paska krisis ekonomi.

Lebih Lanjut …