Center for Reproductive Health

adhi.akto

LOWONGAN PETUGAS LAPANGAN I-NAMHS

Yogyakarta, 11 Maret 2020

 

PENGUMUMAN

Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada (Pusat Kespro UGM) saat ini tengah mengadakan sebuah penelitian mengenai kesehatan mental remaja di Indonesia. Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) adalah sebuah survey nasional kerja sama Pusat Kespro UGM dengan University of Queesnland Australia, Johns Hopkins University, Amerika Serikat, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan didukung oleh Universitas Sumatera Utara dan Universitas Hasanuddin.

Pusat Kesehatan Reproduksi UGM membuka lowongan pekerjaan sebagai supervisor dan enumerator di wilayah Indonesia Tengah yang meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Bali, dan Kalimantan (daftar terlampir). Lowongan ini dibuka dengan persyaratan berikut:

1.      Warga negara Republik Indonesia

2.     Diutamakan berusia maksimal 35 tahun

3.     Berpendidikan D3 atau lebih tinggi

4.     Berdomisili di wilayah kerja yang dipilih

5.     Familiar dengan penggunaan smart phone untuk pengumpulan data

6.     Bersedia bekerja di lapangan selama kurang lebih 4 bulan selama Juni – September

7.     Dapat bekerja sama dengan baik di dalam tim

8.     Khusus untuk supervisor, memiliki pengalaman dalam mengelola tim

9.     Diutamakan bagi yang memiliki pengalaman penelitian yang melibatkan anak dan remaja

 

Lowongan akan dibuka sampai dengan 12 April 2020 pukul 23.59 WIB melalui link berikut:bit.ly/INAMHS.

Pertanyaan dan hal lain yang berkaitan dengan lamaran ini dapat diajukan kepada Field Manager  I-NAMHS , Rizka (rizkarachmaa@gmail.com).

Pelamar yang terpilih akan DIHUBUNGI oleh Pusat Kespro UGM melalui email resmi Pusat
Kespro UGM (pskespro.fkkmk@ugm.ac.id).

LOWONGAN PETUGAS LAPANGAN I-NAMHS Read More »

ICIFPRH 2019

Family Planning and Reproductive Health are not just fundamental human rights, they likewise contribute incredibly to improve the prosperity of family, network and country. Indonesia profited by the Family Planning system (Program Keluarga Berencana) that was actualized by the administration in the mid 1970s. The normal number of kids per lady of regenerative age dropped from 5.6 in the mid 70 to 2.38 in 2017. This condition affects expanding the capacity of families to put the youngsters in a progressively subjective manner. Among 1970 and now, Indonesia had the option to forestall the introduction of around 130 million. With this counteractive action, the state can put better in the nature of HR. Indonesia is as of now likewise profiting by statistic profit, despite the fact that not to its most extreme limit, because of the low nature of the populace.

In spite of the fact that the nation has recorded numerous accomplishments in family arranging, numerous issues remain unresolved, especially in connection to government endeavors to diminish maternal mortality. At present, Maternal Mortality Ratio (MMR) is still extremely high at 305 for every 100,000 live births. Decrease in MMR is one of the needs for well-being advancement now and later on. Improving the exhibition of family arranging projects will contribute to the decrease of maternal mortality. There are presently around 5.2 million couples (14.3 percent of absolute wedded couples in Indonesia) who have not had the option to be come to by family arranging administrations; and around 720,000 unwanted pregnancies. The most noteworthy unintended birth and pregnancy rates occur among the individuals who are delegated poor and live in disengaged territories, and the quality of family arranging administrations is still of a worry. Suspension rates tend to increment from year to year since 2000 and the degree of Method Information Index is still low.

Numerous arrangements and programs have been created to improve the exhibition of family arranging and Reproductive Health programs, including

the coordination of family arranging into the SJSN. Similarly, numerous creative activities were likewise created by different partners. A significant number of quantitative and subjective examinations which reason for existing were to improve the performance of the Family Planning and Reproductive Health projects to diminish the general maternity mortality were also did by  partners. In any case, the aftereffects of those inquires about and program developments completed by universal and national foundations have not been deliberately spread to partners. Strategy producers, program implementer, scientists, researchers, just as non-administrative associations and different associations have not had the option to completely use the aftereffects of the exploration and inventive endeavors that have been made for Indonesia.

The International Conference on Family Planning and Reproductive Health in Indonesia (ICIFPRH) is a huge gathering to examine different issues of family arranging and regenerative wellbeing as one of the sheltered parenthood columns for diminishing maternal mortality and improving family prosperity in Indonesia. In the worldwide field, Indonesia is considered for instance of the accomplishment of family arranging project, however unlike the worldwide proof, the achievement in Family Planning markers have not had significant impact  to the decrease of maternal mortality. Notwithstanding administration quality models that have not been actualized uniformly all through Indonesia, the Family Planning and Reproductive Health program has not successfully contacted the juvenile issues that contribute altogether to high maternal mortality.

The consortium “A Champion of Indonesia Family Planning and Reproductive Health” comprising of a few non-Government foundations is very worried about this circumstance. This consortium started a universal meeting welcoming worldwide and national specialists to examine these conditions so that FP and RH programs in Indonesia can add to the decrease of maternal mortality and improvement of family prosperity. In this gathering, ideas, approaches, programs, and various exercises that have been completed on worldwide, national and sub-national levels by different partners just as their importance in improving family arranging projects will be talked about. Immature conceptive medical problems, particularly marriage and births among young people (ASFR 15-19) will be discussed in specific due to its solid connection with the degree of maternal mortality and the welfare of families later on. This meeting will be the first conference of its benevolent that engaged to address Family Planning and Reproductive Health issues in Indonesia. The meeting is required to be held each two years, conveying various subjects.

The aftereffects of the conference are relied upon to be utilized as the reason for approach fortifying/making by the administration and different partners. Other than that, the papers exhibited at the meeting are additionally expected to be looked for by logical boards of trustees to be published in logical diaries and furthermore introduced in the upcoming International Conference on Family Planning (ICFP) 2020.

ICIFPRH 2019 Read More »

Konferensi Internasional tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia 2019 di Yogyakarta

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi tidak melulu hak asasi insan yang mendasar, tetapi berkontribusi besar dalam penambahan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa. Indonesia mendapat guna dari program Keluarga Berencana yang dilakukan oleh pemerintah semenjak awal tahun 1970-an. Jumlah rata-rata anak per wanita umur reproduksi turun dari 5,6 pada mula 70 menjadi 2,38 pada 2017. Kondisi ini dominan pada peningkatan keterampilan keluarga guna menginvestasikan anak-anak dengan teknik yang lebih kualitatif. Antara tahun 1970 dan sekarang, Indonesia dapat mencegah kelahiran selama 130 juta. Dengan pencegahan ini, negara dapat mengerjakan investasi lebih baik dalam kualitas sumber daya manusia. Indonesia ketika ini pun mendapat guna dari dividen demografis, walaupun tidak menjangkau kapasitas maksimalnya, sebab rendahnya kualitas populasi.

 

Meskipun negara ini sudah mencatat tidak sedikit pencapaian dalam keluarga berencana, tidak sedikit masalah yang masih belum terselesaikan, terutama berhubungan dengan upaya pemerintah untuk meminimalisir angka kematian ibu. Saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) masih paling tinggi yakni 305 per 100.000 kelahiran hidup. Pengurangan Angka Kematian Ibuialah salah satu prioritas guna pembangunan kesehatan kini dan di masa depan. PEningkatan kinerja program keluarga berencana bakal berkontribusi pada pengurangan Angka Kematian Ibu. Saat ini ada selama 5,2 juta pasangan (14,3 persen dari total pasangan menikah di Indonesia) yang belum dapat dicapai oleh layanan keluarga berencana; dan selama 720.000 kehamilan yang tidak diinginkan. Angka kelahiran dan kehamilan tertinggi yang tidak disengaja terjadi salah satu mereka yang tergolong kurang mampu dan bermukim di wilayah terpencil, dan kualitas layanan keluarga berencana masih menjadi perhatian. Tingkat penghentian ingin meningkat dari tahun ke tahun semenjak tahun 2000 dan tingkat Metode Informasi Indeks masih paling rendah.

 

Banyak kepandaian dan program sudah dikembangkan untuk menambah kinerja keluarga berencana dan Program Kesehatan Reproduksi, tergolong integrasi keluarga berencana ke dalam SJSN. Demikian juga, tidak sedikit inisiatif inovatif yang pun dikembangkan oleh sekian banyak  pemangku kepentingan. Sejumlah riset kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk menambah kinerja program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi untuk meminimalisir angka kematian ibu hamil secara borongan juga dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan. Namun, hasil riset dan inovasi program yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga internasional dan nasional belum disebarluaskan secara sistematis untuk para pemangku kepentingan. Pembuat kebijakan, penyelenggara program, peneliti, cendekiawan, serta organisasi non-pemerintah dan organisasi beda belum bisa sepenuhnya memanfaatkan hasil riset dan upaya inovatif yang telah dilaksanakan untuk Indonesia.

 

Konferensi Internasional mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia (ICIFPRH 2019) ialah forum besar guna membahas sekian banyak  masalah keluarga berencana dan kesehatan reproduksi sebagai di antara pilar keibuan yang aman untuk meminimalisir angka kematian ibu dan menambah kesejahteraan keluarga di Indonesia. Di arena global, Indonesia dirasakan sebagai misal keberhasilan program keluarga berencana, namun tidak laksana bukti global, keberhasilan indikator Keluarga Berencana tidak memiliki akibat signifikan terhadap pengurangan angka kematian ibu. Di samping standar kualitas layanan yang belum diterapkan secara merata di semua Indonesia, program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi belum secara efektif menyentuh masalah remaja yang berkontribusi signifikan terhadap tingginya Angka Kematian Ibu.

 

Konsorsium “Juara Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia” yang terdiri dari sejumlah lembaga non-pemerintah paling prihatin dengan kondisi ini. Konsorsium ini memprakarsai konferensi internasional yang mengundang semua pakar internasional dan nasionalguna membahas situasi ini sampai-sampai program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia bisa berkontribusi pada pengurangan angka kematian ibu dan penambahan kesejahteraan keluarga. Dalam konferensi ini, konsep, kebijakan, program, dan sekian banyak  pelajaran yang telah dilaksanakan pada tingkat global, nasional dan sub-nasional oleh sekian banyak  pemangku kepentingan serta relevansinya dalammenambah program keluarga berencana bakal dibahas. Masalah kesehatan reproduksi remaja, khususnya perkawinan dan kelahiran salah satu remaja (ASFR 15-19) akan dibicarakan secara khusus sebab hubungannya yangpowerful dengan tingkat kematian ibu dan kesejahteraan keluarga di masa depan. Konferensi ini bakal menjadi konferensi kesatu yang berfokus pada masalah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Konferensi ini diinginkan akan diselenggarakan setiap dua tahun, dengan tema yang berbeda. Hasil konferensi diinginkan dapat dipakai sebagai dasar guna penguatan / pembuatan kepandaian oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Di samping itu, makalah-makalah yang dipresentasikan dalam konferensi itu juga diinginkan akan ditelusuri oleh komite ilmiahguna dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan pun dipresentasikan dalam Konferensi Internasional mengenai Keluarga.

 

Konferensi Internasional tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia 2019 di Yogyakarta Read More »

ToT Pre-Service Family Planning Training bagi Fakultas Kedokteran di Indonesia

 

Center of Excellence Pusat Kesehatan Reproduksi FKKMK UGM bekerjasama dengan BKKBN telah sukses melaksanakan TOT Pre-Service Family Planning Training. Pelatihan pertama dilaksanakan pada tanggal 21-24 November 2016 yang di ikuti oleh 10 Fakultas Kedokteran di 10 Provinsi yaitu: Sumatera Selatan (FK Unsri), Lampung (FK Univ. Lampung), Jawa Tengah (FK Undip), Jawa Timur (Unbraw), Bali (FK Unud), Sumatera Barat (FK Univ. Andalas), Sulawesi Selatan (FK Unhas), DKI Jakarta (FK UI), Jawa Barat (FK Unpad), dan DIY (FK UII).

Pelatihan kedua dilaksanakan pada tanggal 19-22 November 2017 yang diikuti oleh 13 Fakultas Kedokteran di 6 Provinsi terpilih yaitu: DKI Jakarta (FK UPN Veteran, FK UIN Syarif Hidayatulah, FK Katolik Indonesia Atmajaya, FK Yarsi, FK UKI, FK Tarumanegara), Jawa Barat (FK Kristen Maranatha, FK Univ Ahmad Yani), Jawa Tengah (FK Univ Negeri Sebelas Maret, FK Unisulla), Jawa Timur (FK Unair), Jambi (FK Univ Jambi) dan Kalimantan Selatan (FK Univ Lambung Mangkurat).

Pelatihan ini dapat terwujud dengan adanya komitmen yang sangat kuat dari BKKBN untuk meningkatkan kompetensi setiap lulusan dokter dalam memberikan pelayanan KB yang berkualitas sehingga lulusan dokter telah siap memberikan layanan KB yang paripurna mulai dari konseling sampai tindakan pemasangan IUD dan Implan. BKKBN juga memberikan komitmen pendanaan terkait pelaksanaan Pre-Service Training di masing-masing Fakultas Kedokteran melalui Perwakilan BKKBN di Provinsi.

Di tahun 2018 kembali Center of Excellence Pusat Kesehatan Reproduksi FKKMK UGM bekerja sama dengan BKKBN mengadakan TOT Pre-Service Family Planning Training yang dilaksanakan pada tanggal 10-13 April 2018 yang dihadiri 9 Fakultas Kedokteran di lingkungan Muhammadiyah.

Acara yang diadakan di Hotel Grand Aston Yogyakarta ini dibuka oleh Ketua Pusat Kesehatan Reproduksi Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, MSc, Sc.D dan Perwakilan BKKBN Pusat yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Bina Kesertaan KB Jalur Swasta. Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, MSc, Sc.D menjelaskan sejarah layanan KB di Indonesi dan pentingnya pelayanan KB bagi mahasiswa kedokteran, mengingat di lapangan banyak mahasiswa kedokteran yang tidak percaya diri apabila menemui ibu yang ingin memasang implan atau IUD. Perwakilan BKKBN menekankan pentingnya pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas dokter dan kualitas pelayanan keluarga berencana di Indonesia. BKKBN sendiri berkontribusi besar dalam program Keluarga Berencana di Indonesia, sehingga masalah pelatihan KB bagi mahasiswa kedokteran ini mendapat perhatian yang besar dari semua pihak.

Materi pelatihan ini mengacu kepada materi internasional mulai dari konseling, KB hormonal, implant, IUD, dengan berbagai penjelasan lengkap mengenai kegunaan, efek samping, tantangannya dan sebagainya.

Narasumber yang mengisi kegiatan ini antara lain: Dekan FKKMK UGM Prof Ova Emilia, M.Med. Ed, PhD., SpOG(K), Ketua Pusat Kesehatan Reproduksi FKKMK UGM Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, MSc, Sc. D, dr. Muhammad Nurhadi Rahman, SpOG,  dr. Ilyas Angsar, SpOG (K), dr. Yudianto B, SpOG (K) ,dr. Julianto W, SpOG (K) ,dr. Muhammad Dwi Priangga, SpOG ,dr. Shinta P, SpOG (K), dr. Diannisa Ikarumi, SpOG, dr. Rathi M Fauziah, SpOG dan Rini, Amd. Sedangkan dari BKKBN Pusat diwakili oleh: drg. Widwiono, M.Kes dan dr. Nia Reviani, MAPS.

TOT ini diharapkan bisa bergabung dengan kurikulum dari Fakultas Kedokteran masing-masing. Berdasarkan pengalaman dari FKKMK UGM bahwa TOT ini dimasukkan dalam kegiatan modul mahasiswa saat sebelum lulus sebagai Sarjana Kedokteran, sebagai sebuah modul pilihan. Sayangnya dengan metode ini, tidak semua mahasiswa dapat mengikuti. Kemudian untuk acara prakteknya melebur bersama dengan kegiatan Bakti Sosial ke wilayah tertentu. Para mahasiswa mendapat supervisi langsung dari Dokter Spesialis Obgin sebagai pengarah dan pembimbing serta untuk mencegah adanya komplikasi lanjutan dari pemasangan IUD atau implan tersebut. Untuk memastikan apakah IUD telah terpasang dengan baik maka dilakukan pula pemeriksaan ultrasonografi pasca pemasangan. Testimoni nyata disampaikan oleh mahasiswa kedokteran FKKMK UGM yang saat itu telah lulus menjadi dokter. Bahwa pelatihan tersebut melatih para mahasiswa untuk percaya diri menghadapi klien pemasangan KB, terutama bagi dokter-dokter umum yang bertugas di Puskesmas.

Sementara pengalaman dari FK UII, TOT ini dilaksanakan pada saat mahasiswa mendekati mau kelulusan sebagai dokter. Seluruh materi diberikan selama beberapa hari dan prakteknya juga disupervisi oleh Dokter Spesialis Obgin dari UII maupun dari RS afiliasi. Dari FK Unsri saat itu mereka masih belum ada materi mengenai layanan KB ini sehingga perlu menyusun modulnya dari awal.

Salah satu tantangan pelatihan ini adalah rekrutmen klien yang bersedia untuk dipasang IUD dan Implan dikarenakan adanya syarat kompeten bagi mahasiwa untuk dapat memasang IUD atau Implan sebanyak 2-3 orang klien.

Masih banyak bahan diskusi yang telah dibicarakan selama pelatihan tersebut dan peserta nampak aktif memberikan pertanyaan maupun merespon suatu topik. Namun, pada intinya pelatihan TOT ini akan memberikan manfaat besar bagi pelayanan KB di Indonesia dimana saat ini jumlah penduduk Indonesia merupakan yang terbesar nomor 4 di dunia. Dengan meningkatnya ketrampilan para dokter umum di bidang KB, akan meningkat pula kesejahteraan ibu dan keluarga di suatu bangsa.

 

ToT Pre-Service Family Planning Training bagi Fakultas Kedokteran di Indonesia Read More »

STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA: Program, Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Akses Layanan Bagi Remaja

STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA

Program, Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Akses Layanan Bagi Remaja Belum Menikah

LAPORAN PENELITIAN

Juni 2017

Disiapkan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM:

Siswanto Agus Wilopo

Issac Tri Oktaviatie Ratnaningsih

Anggriyani Wahyu Pinandari

Agung Nugroho

Asal Wahyuni Erlin Mulyadi

Karina Puspitasari

Bekerjasama dengan Johns Hopkins Center for Communication Programs

 

RINGKASAN EKSEKUTIF
Perilaku seksual yang berisiko, merokok, penyalahgunaan obat dan kekerasan fisik berhubungan dengan kehamilan pada remaja. Kehamilan dan persalinan pada remaja akan berakibat pada meningkatnya masalah kesehatan dan memburuknya indikator kesehatan seksual remaja seperti aborsi yang tidak aman serta meningkatkan kematian remaja usia 15-19 tahun. Penggunaan kontrasepsi disetujui secara global pada perempuan usia 15-49 tahun, namun terbatasnya akses, pilihan metode kontrasepsi, serta monitoring dan evaluasi program KIE, memengaruhi fenomena kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang akan mungkin meningkatkan permintaan aborsi tidak aman bahkan pada kelompok umur yang lebih muda. Jumlah remaja Indonesia hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 64 juta jiwa (27,6%) yang berarti satu dari empat penduduk Indonesia adalah remaja, maka risiko kesehatan pada penduduk kelompok umur ini akan sangat memengaruhi kesehatan populasi di masa depan. Angka keterpaparan remaja usia 15-24 tahun terhadap informasi penundaan perkawinan dan pencegahan kehamilan di media massa menurun, padahal hasil SKRRI tahun 2012 menunjukkan peningkatan persentase remaja yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. Di tahun 2015, ASFR usia 15-19 tahun di Indonesia masih 48, padahal pemerintah menargetkan penurunan ASFR hingga 38 pada 2019 (PMA2020). Perlu upaya lebih serius, terfokus dan intensif untuk mencapai target ini.

Saat ini tidak banyak studi berskala nasional di Indonesia yang memberikan gambaran status kesehatan remaja khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, seksualitas dan kehamilan dari sudut pandang remaja itu sendiri, orang tua dan pemangku kepentingan. Padahal populasi muda Indonesia tersebar di seluruh nusantara dengan tingkat ekonomi dan sosio kultural yang beraneka ragam. Untuk mengisi kesenjangan informasi tersebut, studi kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam kepada lebih dari 200 pemangku kepentingan/stakeholder, wawancara dengan teknik vignette (cerita kasus) kepada 144 remaja laki-laki dan perempuan usia 10-14 tahun dan wawancara mendalam kepada orang tuanya sejumlah 144 pasang, serta FGD pada 288 remaja laki-laki dan perempuan usia 15-19 tahun.

Kebutuhan akan informasi kesehatan reproduksi yang berkualitas, mudah diakses dan bebas prasangka serta stigma disampaikan oleh sebagian besar remaja. Pada kelompok remaja usia 10-14 tahun ditemukan kesenjangan antara harapan sumber informasi yang diinginkan remaja dan sumber informasi yang orang tua mereka fikirkan. Ketika remaja 10-14 tahun ingin menerima informasi dari orang tua, orang tua justru beranggapan anak mereka sudah cukup mendapatkan informasi tersebut dari sekolah dan internet. Stigma dan tabu yang melekat pada isu-isu berkaitan dengan kesehatan reproduksi masih banyak ditemukan di Indonesia. Bagi remaja 15-19 tahun kondisi ini menyebabkan akses informasi lewat internet atau teman sebaya lebih disukai. Hal ini juga yang menyebabkan orang tua dan penyedia layanan tidak mampu melaksanakan fungsinya yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan reproduksi secara maksimal.

Usia menikah yang ideal tidak berbeda menurut pandangan semua remaja yaitu: perempuan berada pada rentang 20-25 tahun, sedangkan laki-laki 25-30 tahun. Perbedaan usia ini sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan mengenai peran gender seperti bahwa laki-laki sebagai pemimpin keluarga harus mempunyai pendidikan yang lebih tinggi, memiliki pekerjaan dan matang secara psikologis. Berkaitan dengan usia hamil bagi perempuan dan laki-laki menjadi ayah, mayoritas remaja menyebut usia 20-30 tahun adalah yang ideal, dan 25 tahun yang paling banyak disebut. Pilihan usia untuk menikah dan memiliki anak kurang lebih berada pada rentang umur yang sama dipengaruhi oleh pandangan budaya di masyarakat bahwa pasangan yang sudah menikah dituntut untuk memiliki anak sesegera mungkin.

Respon terhadap KTD menurut sebagian besar remaja, orang tua dan pemangku kepentingan adalah dinikahkan. Sebagian remaja menyatakan lebih baik melarikan diri/pergi dari rumah atau menggugurkan kandungannya/ kandungan pacarnya dengan cara-cara non-medis sesuai pengetahuan mereka menurut cerita dari teman-teman sebayanya. Respon lain terkait KTD yang ditemukan di wilayah Sumatera Barat, Kalimantan Barat, NTT dan Papua adalah aturan adat dalam bentuk pembayaran denda oleh laki-laki yang menghamili, meskipun tanpa harus menikahi. Besaran denda ditentukan oleh pihak perempuan berupa uang dan perhiasan yang dianggap berharga bagi suku/ masyarakatnya.

Koordinasi serta kerjasama antar-pemangku kepentingan dan pelaksana program masih menjadi masalah yang perlu dipecahkan baik di sektor pemerintah (antar SKPD) maupun swasta yang melibatkan LSM/Ormas, tokoh masyarakat dan agama agar tidak terjadi tumpang tindih dana, program dan sasarannya. Kebutuhan akan inovasi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi seperti penggunaan video, animasi, aplikasi online dan lain-lain yang lebih ramah dan menarik bagi remaja juga orang tuanya sangat dirasakan oleh mayoritas informan studi ini. Internalisasi dan advokasi di dalam institusi yang terkait dengan program kesehatan reproduksi masih belum berjalan efektif sehingga memengaruhi pandangan dan kepedulian stakeholder pemerintah dalam memastikan payung hukum serta dalam menjalankan pogram kesehatan reproduksi seksual remaja

Read more…

STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA: Program, Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Akses Layanan Bagi Remaja Read More »

PERFORMANCE MONITORING & ACCOUNTABILITY 2020: INDONESIA – LAPORAN LENGKAP INDIKATOR: INDONESIA 2015

Performance Monitoring & Accountability 2020: Indonesia

Laporan Lengkap Indikator: Indonesia 2015

LAPORAN LENGKAP PENELITIAN

Juni 2017

Disiapkan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM:

Siswanto Agus Wilopo

Althaf Setiawan

Anggriyani Wahyu Pinandari

PMA2020

“Performance Monitoring and Accountability 2020” (PMA2020) adalah program baru selama lima tahun ke depan yang melakukan survei teratur, tidak mahal, dan mengembangkan sistem pertukaran informasi/data yang cepat secara nasional dengan menggunakan teknologi gawai (smart phone) untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi terkait keluarga berencana (KB) dan kesehatan baik di tingkat rumah tangga maupun fasilitas. Survei telah dilaksanakan di sepuluh negara di Afrika dan Asia dan bekerjasama dengan universitas serta organisasi penelitian lokal dengan tujuan meningkatkan kapasitas lokal. Survei ini telah dilaksanakan oleh pengumpul data/enumerator perempuan lokal (Resident enumerators/REs) yang mengadakan wawancara minimal di setiap tahun.

Di Indonesia PMA2020 tahun 2015 terselenggara atas kerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanuddin (UNHAS) dengan supervisi dari John Hopkins University (JHU). Survei ini disetujui dan didukung oleh Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) dalam hal penyusunan kerangka sampel. Dukungan teknis dan keuangan disediakan oleh Bill & Melinda Gates Foundation melalui hibah kepada Bill & Melinda Gates Institute untuk Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Survei PMA2020 mewawancarai sampel terpilih dari perempuan berusia 15 sampai 49 tahun dan fasilitas kesehatan, apotek, serta outlet ritel yang menawarkan layanan keluarga berencana (titik pelayanan/service delivery point [SDP]). Responden perempuan diberikan pertanyaan tentang latar belakang sosiodemografi, riwayat kelahiran dan preferensi fertilitas, penggunaan metode keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi mereka, serta informasi lainnya yang membantu pembuat kebijakan dan pelaksana program dalam hal peningkatan kesehatan dan keluarga berencana.

Tujuan survey

PMA2020 adalah program survei di banyak negara yang dirancang untuk:

  • Membantu negara‐negara dalam melakukan survei rumah tangga dan fasilitas pelayanan secara nasional untuk secara teratur memantau perubahan akses dan penggunaan layanan KB, serta layanan kesehatan lainnya.
  • Memberikan informasi kepada penyelenggara layanan kesehatan untuk dapat membantu mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan program‐program yang menawarkan layanan penting ini.
  • Memperkuat kapasitas negara untuk secara teratur memantau dan mengevaluasi program‐program kesehatan.
  • Mengidentifikasi kesenjangan dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas informasi, layanan, dan produkproduk terkait.
  • Memungkinkan perbandingan atas akses dan kualitas penyuluhan dan layanan yang ditawarkan antara jenis fasilitas yang berbeda

Read more…

 

 

PERFORMANCE MONITORING & ACCOUNTABILITY 2020: INDONESIA – LAPORAN LENGKAP INDIKATOR: INDONESIA 2015 Read More »

Clinical Epidemiology and Biostatistics Course 2018

Designing Clinical Research
Clinical Epidemiology and Biostatistics Course 2018

 

(KUI: 7024: 4 credit units)
Time: Thursday – Saturday
(From January 11 – 27, 2018)

Course Director: Prof. Siswanto Agus Wilopo, M.D., M.Sc., Sc.D..
Professor, Department of Biostatistics, Epidemiology and Population Health

INTRODUCTION

The goal of clinical research is to draw inferences from findings in the study about the nature of the universe around it. This course is an introduction to the process of clinical research, defined broadly as patient-oriented, translational, epidemiological, comparative effectiveness, behavioral, outcomes, or health services research (i.e., any research that has individual human beings or groups of human beings as its unit of observation). Students are exposed to overarching concepts and essential vocabulary for designing and interpreting clinical research for their clinical practice and/or achieving higher degree in health science. This is primarily accomplished by instructing students in the creation of a research protocol that is intended to address a relevant research question in their specific area of interest. Lectures will cover the following areas: –clinical and statistical design of phase I, II and III trials; –observational study including prognostic study, — evaluation of diagnostic tests and screening program; –the protocol review and IRB process, ethical issue and informed consent, and –data collection, trial monitoring and statistical analysis for clinical research.

The goals for this course are for participants to:

  • acquire skills for designing, interpreting, and statistical analysis for clinical research;
  • produce a complete clinical research protocol, including background, sampling, sample size estimation, measurements, plan for data analysis, inform consent; and
  • help their colleagues to develop clinical research protocols.

LEARNING OBJECTIVES

At the end of the course the student should be able to:

  • Formulate clinical research questions which can be answered by the researcher
  • Design clinical research project to answer questions proposed
  • Describe an overview of basic biostatistic and epidemiological methods involved in conducting clinical research
  • Prepare sampling method and sample size estimation according to study design and statistical analysis selected/planned
  • Formulate statistical techniques to answer study proposed
  • Describe the principle involved in the ethical, legal, and regulatory issues in clinical human subject research, including the role of Institutional Review Boards (IRBs).
  • Demonstrate on how to write a protocol of clinical research for dissertation or thesis

PREREQUISITES

a. Possession of at least an undergraduate degree or enrollment in the Post Graduate Program at Faculty of Health Science, Public Health and Nutrition, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

b. Submit an idea for a research question in clinical research that has been discussed with an experienced investigator or the thesis or Dissertation Advisor (Application form and Template Short protocol can be downloaded from: from http:/www.chnrl.org). Please submit this form during your registration or email it to adhi_44@yahoo.com). Student who did not submit this form will not be enrolled in the class. We do not expect you to submit final protocol rather than draft for maximum 5 pages (excluding references).

c. Proficiency with word processing software, biomedical literature searching with PubMed, Science Direct, Scopus, Wiley online library and reference management software (i.e.: Endnote)

d. Students who have not had experiences for word processing software, biomedical literature searching, and reference management software will be given a special training by Staffs of Center for Reproductive Health a week before the course date. Please register for this special training to email address above.

ENROLLMENT

To apply for this course, please fill out and submit the application below. This course is a free for registered student who has been approved by his/her study program. Course materials (photocopy of reading materials) are not free and it is responsibility of student to pay. The deadline for application is January 9, 2018.

Complete syllabus and tentative time table can be download, here.

REQUIRED READING

List of reading materials can be downloaded here. This list will be updated time to time according to the student’s need. All printed materials will be distributed in the class.

Meeting Place will be Room 106 Gedung IKM Lantai 1

Clinical Epidemiology and Biostatistics Course 2018 Read More »

EFFECTIVENESS STUDY ON THE INTEGRATION OF MICRONUTRIENT POWDER (MNP) INTO LOCAL FOOD BASED SCHOOL MEALS IN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) AND KUPANG DISTRICT OF NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) PROVINCE

EFFECTIVENESS STUDY ON THE INTEGRATION OF MICRONUTRIENT POWDER (MNP) INTO LOCAL FOOD BASED SCHOOL MEALS IN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) AND KUPANG DISTRICT OF NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) PROVINCE

Principle Investigator:

Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., Sc.D.
Co-PI:
Drs. Abdul Wahab, MPH
Investigators:
dr. Emi Huriyati, M.Kes
dr. Ifta Choiriyyah, MSPH
Dr. Dra. Sunarti, Apt, M.Kes
Agung Nugroho, MPH
dr. Prima Dhewi, M.Biotech.
dr. Citra Indriani, MPH
Althaf Setyawan, S.Si, MPH.
Mustikaningtyas, S.Psi.,Psi., MPH.
dr. Amirah Wahdi

EXECUTIVE SUMMARY
Despite notable economic and social progress in Indonesia, food insecurity, as well as child and maternal under-nutrition remain persistent challenges. In the past three years, the prevalence of stunting has increased from 35.6% to 37.2% nationwide, with much higher levels in the eastern provinces, such as East Nusa Tenggara, West Nusa Tenggara, Maluku, and West Papua. East Nusa Tenggara (Nusa Tenggara Timur, NTT) is one of the provinces that continues to face a combination of acute and chronic food insecurity, especially due to issues of food access and utilization, contributing to the severe under-nutrition among its population, particularly women and young children, as well as. As is expected with such high rates of under nutrition, micronutrient deficiencies are also concerning. NTT province has the highest levels of wasting, stunting and underweight children in Indonesia at 13.3%, 58% and 29% respectively. This level of prevalence is a serious public health concern, according to WHO criteria.

The WFP’s Project Laser Beam in Indonesia (PLBI) included various interventions to address both direct and underlying causes of under-nutrition throughout the life cycle of a child. The aim of the PLBI is to improve the nutrition and food security situation in NTT, Indonesia. Key target groups included school-aged children and their families in rural communities. The WFP in collaboration with the Indonesian Government distributed Micronutrient Powders (MNPs) for primary school children using the Local Food-Based School Meal Programme (LFBSMP).

Despite the wide body of primary research on MNP interventions, there are few syntheses of the existing data for school-aged children. This review shows that MNPs raise serum hemoglobin levels and reduce anemia significantly for children aged under 2 years old, not for school-aged children. In addition, the evidence on growth is also weak. These problems need to be resolved by conducting an effectiveness study before recommending the intervention for implementation at scale.

Therefore, the objectives of this study are:

a. To assess the effectiveness of micronutrients provision through Micronutrient Powders (MNP) in Local Food-Based School Meals (LFBSM) in Timor Tengah Selatan (TTS) District and Kupang District of NTT province;

b. To assess the effectiveness of BCC (Behavior Change Communication) materials in implementation of VITAS social marketing.

c. To collect key programmatic inputs for technical guidance that will support MNP distributions in school feeding projects.

Read More …

EFFECTIVENESS STUDY ON THE INTEGRATION OF MICRONUTRIENT POWDER (MNP) INTO LOCAL FOOD BASED SCHOOL MEALS IN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) AND KUPANG DISTRICT OF NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) PROVINCE Read More »