Center for Reproductive Health

Uncategorized

Hubungan Artritis dengan Keterbatasan Aktivitas Fisik pada Individu Usia 50 Tahun Ke Atas di Kabupaten Purworejo

Author : Juana Linda Simbolon
Pembimbing 1/2 : Prof.dr. Djaswadi Dasuki, MPH,SpOG(K)/Prof. dr. Mohammad Hakimi,SpOG, Ph.D
Penguji : Dr.dr. Radjiman
Abstract :
Background: Arthritis is a condition related to pain or inflammation of the joints. It is a familiar chronic disease and often happens during the last period of life. There are 100 types of arthritis and the most popular is osteoarthritis. Age is one of risk factors of arthritis, therefore it is understandable of someone who gets older will be most likely have arthritis. Increasing life expectancy in Indonesia, i.e. from 67.8 years in 2000 – 2005 to 73.6 years in 2020 – 2025 and greater number of the elderly (there are 18.671 or 24.11% of elderly people over 50 years old in Purworejo) require particular attention in order that they can undergo their aging process happily and successfully.
Objective: This study was undertaken to analyze relationship between arthritis and physical activity limitation of the elderly over 50 years old at District of Purworejo. Method: The study was an observational with cross sectional design. Subjects were individual over 50 years old (13,890 people). Data were obtained using questionnaire of Study on Global Aging and Adult HealthWorld Health Organization (SAGE-WHO) and International Network for the Continuous Demographic Evaluation of Population and Their Health in Developing Countries (INDEPTH) distributed by 63 interviewers and 7 field coordinators. Data analysis used uni-variable, bi-variable and multinomial logistic regression statistical test, Odds Ratio(OR), Confidence interval (CI) (95%) at significance level p
INTISARI :
Latar belakang: Artritis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan rasa nyeri pada sendi ataupun radang pada sendi, merupakan penyakit kronis yang familier dan sering terjadi pada periode akhir kehidupan. Artritis meliputi 100 jenis, artritis yang paling sering dijumpai adalah osteoartritis. Usia merupakan salah satu faktor resiko artritis, maka dapat dipahami jika makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan untuk terkena artritis. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia yaitu 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025 dan tingginya peningkatan jumlah penduduk usia 50 tahun keatas di Indonesia, khususnya di Kabupaten Purworejo 50 tahun keatas sebesar 186.671 jiwa (24,11%) sehingga perlu mendapat perhatian secara khusus agar dapat menjalani proses penuaan dengan sukses dan bahagia.
Tujuan: Menganalisa hubungan artritis dengan keterbatasan aktivitas fisik pada individu laki-laki dan perempuan usia 50 tahun ke atas di Kabupaten Purworejo.
Metode: Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan crosssectional. Subjek penelitian adalah individu yang berusia 50 tahun keatas yang berjumlah kurang lebih 13890 jiwa. Data dikumpulkan dengan mengunakan instrumen berupa kuesioner SAGE-WHO dan INDEPTH oleh 63 petugas pewawancara dengan 7 pengawas lapangan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariabel, bivariabel dan multinomial logistic regression dengan perhitungan Odds Ratio(OR), Confidence interval (CI) (95%) dan tingkat kemaknaan p<0,05
Hasil penelitian: Prevalensi artritis pada individu 50 tahun ke atas lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Prevalensi untuk perempuan sebesar (18,8%) dan laki-laki sebesar (17,1%). Hasil uji analisis bivariabel dan multivariabel menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara artritis dengan keterbatasan aktivitas fisik berat perempuan dan laki-laki OR=2,2 (95%CI=1,8-2,6). Bila dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami keterbatasan aktivitas fisik, Individu perempuan dan laki-laki dengan artritis akan beresiko 2,2 kali untuk mengalami keterbatasan aktivitas fisik berat dibandingkan dengan individu yang tidak artritis.
Kesimpulan: Ada hubungan yang yang bermakna antara artritis dengan keterbatasan aktivitas fisik pada individu lima puluh tahun ke atas.
Electronic Theses

Hubungan Artritis dengan Keterbatasan Aktivitas Fisik pada Individu Usia 50 Tahun Ke Atas di Kabupaten Purworejo Read More »

Hubungan Gangguan Tidur dengan Gangguan Affek pada Individu Usia 50 Tahun Ke Atas, Di Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah

Author : Ni Wayan Dwi Rosmalawati
Pembimbing 1/2 : Prof.dr. Djaswadi Dasuki, MPH, Sp.OG (K)/dr Nawi Ng, MPH, Ph.D
Penguji : dr. Mubasysyr Hasanbasri, MA
Abstract :
Background:
The process of aging causes hormonal, physical and mental changes. Some problems occur due to the process of aging. One of these problems is sleep disorders as an impact of hormonal decrease and the other aging processes, and if it is ignored for a long time, it will cause affect disorders such as depression, anxiety, and anger. Objective: The study aimed to identify the relationship between sleep disorders and affect disorders of the elderly over 50 years old.
Method: The study was observational with cross sectional design. Subjects of the study were all the elderly of over 50 years old from the data of the household of Community Health and Nutrition Research Laboratory of The Faculty of Medicine, Gadjah Mada University. Univariable analysis used frequency distribution, bi-variable analysis used chi square and multi-variable analysis used logistic regression.
Result: Of 12,459 respondents, 4,605 (37.22%) suffered from affect disorders, that occurred commonly in female (2,684). Meanwhile, 7,220 (58.18%) suffered from sleep disorders and it commonly happened in female (4,104). Sleep disorders increased the risk of affect disorders with odds ratio 2.56 (95%CI; 2.27-2.89) and 2.92 (95%CI; 2.62-3.36) in male and female respectively.
Conclusion: The prevalence of sleep disorders in Purworejo District is higher than that in WHO. There is an increase in the prevalence of affect disorders compared to the previous research. More women suffer from both affect and sleep disorders than men, in fact, sleep disorders increase the risk of affect disorders for both male and female over 50 years old.
INTISARI
Latar Belakang: 
Dengan proses menua menimbulkan perubahan hormonal, perubahan fisik serta perubahan mental. Beberapa permasalahan akan muncul sejalan dengan proses menua tersebut. Salah satunya adalah terjadi gangguan tidur sebagai dampak menurunnya hormon dan proses menua yang lain, bila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan gangguan affek seperti depresi/tertekan, cemas, khawatir dan marah.
Tujuan Penelitian: Penelitian bertujuan mengetahui hubungan gangguan tidur dengan gangguan affek pada individu usia 50 tahun ke atas. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan Cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah semua individu yang berumur 50 tahun ke atas dari data Rumah Tangga Laboratorium Penelitian Kesehatan dan Gizi Masyarakat (LPKGM)-FK UGM. Analisis univariabel dengan distribusi frekuensi, analisis bivariabel dengan chisquare dan analisis multivariabel dengan regresi logistik.
Hasil: Dari 12.459 responden menunjukkan gangguan affek sebanyak 4.606 orang (37,22%), paling banyak dialami oleh perempuan sejumlah 2.684 orang (40,37%), sedangkan gangguan tidur sebanyak 7.220 orang (58,18%), paling banyak juga terjadi pada perempuan sejumlah 4.106 orang (61,53%). Gangguan tidur meningkatkan risiko gangguan affek dengan OR 2,56 (95%CI: 2,27-2,89) pada laki-laki dan pada perempuan dengan OR 2,92 ( 95% CI: 2,62-3,26).
Kesimpulan: Prevalensi gangguan tidur di Kabupaten Purworejo adalah lebih besar dibandingkan dengan prevalensi WHO. Prevalensi gangguan affek pada penelitian ini adalah lebih besar dibanding dengan penelitian sebelumnya. Gangguan tidur dan gangguan affek lebih banyak terjadi pada perempuan dan gangguan tidur meningkatkan risiko terjadinya gangguan affek baik pada laki-laki dan perempuan usia di atas 50 tahun.
Electronic Theses

Hubungan Gangguan Tidur dengan Gangguan Affek pada Individu Usia 50 Tahun Ke Atas, Di Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah Read More »

Hubungan Nyeri dengan Gangguan Aktivitas Interpersonal Pada Individu Usia 50 Tahun Ke Atas Di Kabupaten Purworejo

Author : Kartini
Pembimbing 1/2 : Prof.dr. Djaswadi Dasuki, MPH,SpOG(K)/dr. Nawi Ng, MPH,PhD
Penguji : dr. Mubasysyr Hasanbasri, MA
Abstract :
Background:

Increasing life expectancy every year followed by increasing number of the elderly from 1990 – 2025 (41.4%) requires particular attention in order that the elderly can spend their live in optimum ways. Purworejo District has higher rate of the elderly numbers (11%) than that in Central Java (6%). Changes that occur during ageing have caused some health problems such as pain. As much as 25% – 50% of the elderly suffer from pain. Thes brings about negative impacts to quality of life of the elderly, one of which is interpersonal activity consisting of relationship with others and social participation. The elderly suffering from pain often withdraw themselves from social activity because they feel incapable and they are afraid of become the burden of others leading to social tense if they cannot cope the problem and have difficulties in social participation. Objective: The study was conducted to identify the relationship between pain and interpersonal activity disorder among the elderly over 50 years old. Method: This was an observational study with cross sectional design. There were as many as 13,890 elderly people over 50 years old as the subjects of the study. Data were obtained using questionnaire of Study on Global Ageing and Adult Health-World Health Organization (SAGE-WHO) and International Network for the Continuous Demographic Evaluation of Population and Their Health in Developing Countries (INDEPTH) distributed by 63 interviewers and 7 field coordinators. Data analysis used univariable technique and multivariable technique with multinominal logistic regression test and the significance level (p) was
INTISARI :
Latar Belakang:

Meningkatnya usia harapan hidup dari tahun ke tahun yang disertai dengan meningkatnya jumlah usia lanjut dari tahun 1990 hingga 2025 sebesar 41.4% menyebabkan perlunya perhatian khusus agar usia lanjut dapat menjalani masa tuanya secara optimal. Purworejo merupakan salah satu kabupaten yang memiliki jumlah usia lanjut lebih tinggi sebesar 11% dibandingkan jumlah usia lanjut di Jawa Tengah. Terjadinya berbagai perubahan pada proses menua menyebabkan terjadi beberapa masalah kesehatan diantaranya adalah nyeri. Usia lanjut yang mengalami nyeri sebesar 25-50%. Nyeri memberikan dampak negatif bagi kualitas hidup usia lanjut, salah satunya terhadap aktivitas interpersonal yang mencakup hubungan dengan orang lain dan partisipasi sosial. Usia lanjut yang mengalami nyeri seringkali menarik diri dari kegiatan sosialnya karena merasa tidak mampu dan menjadi beban bagi orang lain dan ketegangan sosial dapat terjadi bila koping terhadap nyeri pasif serta mengalami kesulitan dalam melakukan partisipasi sosial. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nyeri dengan gangguan aktivitas interpersonal pada individu usia 50 tahun ke atas. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian adalah individu usia 50 tahun ke atas yang berjumlah kurang lebih 13 890 jiwa. Data dikumpulkan dengan mengunakan instrumen berupa kuesioner SAGE-WHO dan INDEPTH oleh 63 petugas pewawancara dengan 7 pengawas lapangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariabel dan multivariabel menggunakan analisis chi-square dan multinomial logistic regression dengan tingkat kemaknaan p
Electronic Theses

Hubungan Nyeri dengan Gangguan Aktivitas Interpersonal Pada Individu Usia 50 Tahun Ke Atas Di Kabupaten Purworejo Read More »

Pusat pengamatan dan penanggulangan dampak krisis terhadap status kesehatan dan gizi di kabupaten Purworejo

Author : Diah Rumekti Hadiati, Djaswadi Dasuki, Sururi
Abstract :
Objective: First is to establish crisis center at district level in order to monitor health impacts of economic crisis. The second is to select effective indicators for monitoring the health impacts of the crisis. The third is to plan a preventive intervention based on the data analysis.
Method: Qualitative study is done through panel discussion and focus group discussion for establishing crisis center. The second panel discussion is to asses and select health policy indicators, social economics indicator, indicators of the provision of health, and health status indicator. Quantive study is to asses the longitudinal surveillance data at district Purworejo which is based on selected indicators.
Population study is based on the population sample of longitudinal study at district Purworejo, which consisted of cross-sectional and clycic data.
Result of the Study: Crisis center is established through the first panel discussion and the focus group discussion. Partnership and coordination among Health Department, BKKBN, Department of agricultural, Department of Economic, Bappeda at district level and University are established. In the second panel discussion social economics indicators, indicators of the provision of health, and health status indicator have been selected. The proposed indicator for monitoring health impacts of the crisis included socio-economic indicator, health care indicators, and health and nutrition status indicator. The most prominent health impacts of the crisis have to be over come consist of under nutrition and diseases of the under-five children and pregnant women. There are no policy indicators how to over come emergency or complication of the disease caused by the economic crisis and they are no intervention and prevention program in order to overcome the health impact of the crisis. The budget to overcome the prominent health impact of the crisis should be shared among the institution or through social safety support.
Conclussions: The effective indactors for monitoring the health impact of the crisis consist of socio economic indicators, health provision indicators, and health and nutrition status indicators among vulnerable and disadvantages group, pregnant women and children under-five. They are no policy indicators that can be used to monitor and to overcome the health impact of the crissis, specifically associated with an intervention and prevention programs.
Download PDF format, here!

Pusat pengamatan dan penanggulangan dampak krisis terhadap status kesehatan dan gizi di kabupaten Purworejo Read More »

Tingkat, Tren dan Diferensial Kematian Bayi dan Anak Serta Angka Harapan Hidup di Kabupaten Purworejo : Metode Tidak Langsung

Author : Siswanto Agus Wilopo, Abdul Wahab, Hari Kusnanto, Harun Rusito, Lina Kurniawati
Abstract :
This study aims to examine the level, trend and determinants of infant and child mortality and the life expectancy at birth in the District of Purworejo. The study uses baseline data collected by CHN-RL Gadjah Mada University. An indirect technique was used by applying data on children ever born and children surviving according to the motber’s age and the duration of marriage to West mortality model. There were 12,648 women at reproductive ages who contributed to this measurement. The infant and child mortality show a substantial decline during the last 15 years. The 1976 IMR was around 70 per 1000 births and the 1990’s IMR was declining to around 45 per 1000 births. For the probability of dying between ages ] to 4 are 30 per 1000 children in 1976 and 13 per 1000 in 1993. A female mortality is slightly lower than male infant mortality but probability of dying between age 1 to 4 is slightly higher among male children. The life expectancy decline is a consistent with the IMR trend. It is suggested that the indirect techniques should use the duration marriage data when the mother’s age data is a defective.
Download PDF format, here!

Tingkat, Tren dan Diferensial Kematian Bayi dan Anak Serta Angka Harapan Hidup di Kabupaten Purworejo : Metode Tidak Langsung Read More »

Peningkatan vitalitas posyandu sebagai akibat dampak krisis

Author : Abdul Wahab, Yati Soenarto, Punik Mumpuni, Lina Kurniawati
Abstract :
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah berlanjut pada krisis ekonomi berkepanjangan. Kondisi ini antara lain telah mengakibatkan penurunan secara drastis kemampuan pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Kelompok yang paling menderita akibat situasi ini adalah ibu dan anak.
Guna mengatasi dampak krisis tersebut perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat secara aktif. Wadah peran serta masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang tersebar luas di seluruh pelosok tanah air adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Sebagai salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia yang secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan bidang kesehatan, seperti imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Posyandu juga merupakan perpanjangan tangan Puskesmas untuk pelayanan dan pemantauan kesehatan secara terpadu di tingkat desa, yang merupakan kegiatan “oleh” dan “untuk” masyarakat setempat.
Diakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, fungsi dan kinerja Posyandu belum optimal. Dari hasil survailan Longitudinal di LPKGM dapat diketahui rendahnya pemanfaatan dan kualitas pelayanan Posyandu. Menurut Depdagri (1999) hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain pembinaan program sektor yang kurang, keterbatasan kemampuan petugas kesehatan, jumlah kader yang kurang dibandingkan dengan beban kerja yang harus dilakukan dan terpengaruh oleh dampak krisis ekonomi yang sedang dihadapi saat ini. Menurut hasil survailan longitudinal LPKGM (1999), bahwa permasalahan yang mengakibatkan kelesuan Posyandu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : terjadinya kebosanan adanya kegiatan Posyandu, kadernya pindah, sistem pelayanan dan sistem rujukan belum berjalan dengan baik.
Download PDF format, here!

Peningkatan vitalitas posyandu sebagai akibat dampak krisis Read More »

Tinggi Badan Anak Baru Sekolah di Kabupaten Purworejo

Author : M. Syafak Hanung, Achmad Surjono, Sunarto
Abstract :
One of the measures of the human resource quality development is the improvement of the people’s physical quality, which depends on the growth and development. Nutrient and health condition greatly influence the child growth. This latter is reflected by the body height, and the height of early school aged children in certain area can be used as an indicator of the height achievement of the people in the area. This study was aimed to know the height of early school aged children in Kabupaten Purworejo.
The body height measuring was done on 22-25 April, 1996, by trained health workers. The samples were recruited by cluster sampling covering the pupils of 32 elementary schools of all kecamatans in Kabupaten Purworejo.
Standardized height microtoises were used. The height means of 6-8 year old children were 0,9-3,1 cm larger those of national data, while that of 9 year girls were 0,1 cm smaller. All height means were smaller than 50% percentile of standard. The prevalence of growth disorder in Kabupaten Purworejo as a whole was 35,8% of severe level, higher than the national prevalence (30,1%). Specifically among 16 kecamatans in Purworejo, 11 kecamatans were under the category of severe level (>30%), 4 were found with moderate levels (20,0%-29,9%), and only 1 kecamatan with mild level. None of the kecamatans was in the ease level (less than 10%). Mountainuous kecamatans were with higher prevalence of growth disorder.
Download PDF format, here!

Tinggi Badan Anak Baru Sekolah di Kabupaten Purworejo Read More »

Evaluasi Efektivitas Perawatan Kehamilan di Kabupaten Purworejo

Author : Djaswadi Dasuki, Mohammad Hakimi, Siswanto Agus Wilopo, Lina Kurniawati
Abstract :
Objective : To study the relationship between antenatal care and the outcome of labor.
Method :
A baseline survey on the reproductive health has been done using home visits. Reproductive, socio-economics, biological and demographics factors are obtained using standardized questionnaires. The respondents are the women who delivered their babies during the last three years. The data is analyzed using quantitative methods. Univariate analysis is used to describe the main variables. Bivariate analysis is done to examine the relationship between the dependent and independent variables. The objective of the study is tested using multivariate analysis by adjusting the confounding factors.
Results :
Antenatal care is defined the women attend to the antenatal clinics at least four times during the pregnancy and it has been done for almost 96.1% of pregnant women. Abnormal labor occured for 7,7%. The women who did not do antenatal care increase the risk of abnormal labor with RR = 1,62 (95% C.I = 1,01-2,61). After adjusting the other variables there were no association between antenatal care with increasing risk of abnormal labor (p > 0,05).
Conclusions :
The coverage of antenatal visits is high (96,1%) among the pregnant women. However there is no impact of antenatal care on the outcome of labor. The quality of antenatal care is low that might not decrease the risk of abnormal labor.
Download PDF format, here!

Evaluasi Efektivitas Perawatan Kehamilan di Kabupaten Purworejo Read More »

Peningkatan cakupan ibu menyusui eksklusif

Author : Yati Soenarto, Djaswadi Dasuki, Retna Siwi Padmawati, Lina Kurniawati, Solichin
Abstract :
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi bayi dan anak berumur kurang dari dua tahun terutama karena ASI mengandung lemak acids, laktosa, air, dan amino acids, serta memenuhi kebutuhan total metabolis anak selama empat bulan sampai enam bulan pertama kehidupannya (WHO/UNICEF 1989). ASI mengandung anti infeksi dan anti alergi, serta menimbulkan keterikatan emosi yang kuat antara ibu dan anaknya (Cameron and Hofvander 1983 dalam Nordenhall and Ramberg 1997; Wiharta 1992). Pada bayi dan anak penderita diare kronik, pemberian ASI dapat menyebabkan diare lebih cepat berhenti; menyebabkan kenaikan berat badan yang lebih baik terutama ada bayi umur kurang dari 6 bulan; lama perawatan lebih singkat; dan angka kematian lebih rendah (Suharyono 1992). Selain itu pemberian ASI sedini mungkin (2-8 jam setelah lahir) akan mengurangi gangguan pencernaan dan penyakit lain, serta dapat menurunkan angka kematian. Sedangkan bagi ibu bersalin, menyusui atau memberi ASI akan mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Dengan keunggulan tersebut, WHO menganjurkan bahwa semua bayi diberi ASI secara ekslusif selama tiga bulan pertama kehidupannya, dan baru dikenalkan dengan makanan tambahan pada umur empat sampai enam bulan.
Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif bagi bayi berumur 0-4 tahun sudah dicanangkan kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu. Departemen Kesehatan RI menargetkan bahwa pada tahun 1991, ASI eksklusif dapat mencapai angka 54%. Namun demikian, menurut survai nasional demografi, angka tersebut baru mencapai 47% pada tahun 1994. Penelitian oleh Laboratorium Penelitian Kesehatan dan Gizi Masyarakat (LPKGM), Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, yang diterapkan pada 466 ibu di Kabupaten Purworejo bahkan menunjukkan bahwa ASI eksklusif hanya mencapai 31% pada bayi berumur kurang dari 120 hari. Praktek pemberian ASI dini, yaitu pada satu jam setelah melahirkan, juga sangat rendah atau hanya mencapai 6,6% (Suryono, 1997). Menurut Suryono (Suryono, 1997), penyebab tersering rendahnya angka pemberian ASI eksklusif ini adalah faktor psikososial dan perilaku ibu dan keluarga, serta faktor lingkungan. Faktor psikososial dan perilaku seperti kurangnya pengertian mengenai manfaat menyusui eksklusif serta iklan yang berlebihan mengenai susu dan makanan buatan menimbulkan persepsi yang tidak benar atau menimbulkan persepsi bahwa menyusui eksklusif menyebabkan bayi kurang makan.
PDF Format, Download here!

Peningkatan cakupan ibu menyusui eksklusif Read More »

Laporan Kajian AKB Sulawesi Tengah

KAJIAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH
Kajian Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kegiatan survei yang didukung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Pusat Studi Kesehatan Reproduksi (KESPRO) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Latar belakang dilakukannya kegiatan ini didasarkan atas tingginya AKB di Sulawesi Tengah. Bahkan menurut laporan SDKI 2007, Provinsi Sulawesi Tengah menampati urutan ketiga tertinggi dibanding dengan Provinsi lain di Indonesia. Dengan selesainya kegiatan kajian AKB ini sudah dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kematian bayi di Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini dilaksanakan pada periode bulan Agustus – Oktober 2009, yang dilanjutkan dengan analisis data dan penyusunan laporan. Karena kegiatan ini dimulai bersamaan dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka sempat mengalami masa jeda yaitu seminggu pada awal Ramadhan, seminggu akhir Ramadhan dan seminggu awal bulan Syawwal. Megingat kondisi wilayah cukup sulit, maka dalam proses pengumpulan data di lapangan banyak mengalami kendala
terutama yang berhubungan dengan masalah transportasi dan akomodasi. Namun semuanya telah diatasi dengan baik oleh tim lapangan atas dukungan dari para staf Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.\
Read More …

Laporan Kajian AKB Sulawesi Tengah Read More »